AKADEMI JATIDIRI
 
															“Beyond Cognitive-Science”.
Oleh Luluk Sumiarso, Penggagas ©Conscio-Science
This article introduces ©Conscio-Science as a new scientific discipline that studies meaning and consciousness as a transcendent, non-material, and holistic phenomenon. Situated as the Third Reality (R3) within the ©Diripedia framework, it bridges Material Science (R1) and Cognitive Science (R2), integrating quantum, phenomenological, and spiritual-scientific approaches to re-center science upon meaning itself. By reframing consciousness not merely as a neurocognitive function but as a field of resonance linking matter, mind, and meaning, ©Conscio-Science seeks to complement existing paradigms of empirical inquiry. It offers a transdisciplinary pathway for uniting Western rational science and Eastern wisdom traditions, opening new horizons for the evolution of scientific thought and human understanding. This article is part of the ©Diripedia Scientific Series (R3 – Transcendent Reality), introducing ©Conscio-Science as the epistemic foundation for Consciousness-Based Knowledge System
 Di antara diam dan gerak,
Ada cahaya yang tak berwujud.
Ia bukan pikiran, bukan benda,
Tapi kesadaran yang menatap dirinya sendiri.
Di sanalah makna lahir—
bukan dari logika, bukan dari mata,
melainkan dari getar sunyi antara jiwa dan sukma.
Di sanalah sains menemukan dirinya kembali:
sebagai ziarah makna, bukan sekadar rumus dunia.
Dalam lanskap ilmu pengetahuan modern, kajian tentang kesadaran telah menjelma menjadi medan lintas-disiplin yang kompleks, mulai dari neurofisiologi hingga filsafat, dari psikologi hingga spiritualitas. Namun, di tengah keragaman pendekatan itu, belum ada sistem penamaan yang utuh dan modular yang benar-benar menjembatani sains material, pengalaman batin, dan makna transenden.
Artikel ini memperkenalkan ©Conscio-Science—sebuah pendefinisian/peristilahan baru untuk cabang ilmu yang mempelajari makna dan kesadaran sebagai fenomena transenden, non-material, dan holistik. Ia melampaui dualisme subjek–objek dengan mengintegrasikan pendekatan empirik, fenomenologis, dan spiritual-ilmiah, serta menempatkan R3 (Realitas Transenden) sebagai horizon makna yang memodulasi R2 (kognitif/mental) dan R1 (fisikal/material) dalam kerangka Trialisme ©Diripedia.
Dalam sistem ©Diripedia, struktur realitas dipetakan sebagai berikut:
Dengan kerangka ini, ©Conscio-Science membuka horizon baru bagi sains modern, dari sekadar memahami apa dan bagaimana, menuju memahami mengapa.
Lahir dari kesadaran bahwa sains belum menuntaskan pertanyaan paling mendasa, yaitu mengapa kesadaran ada, dan apa makna keberadaannya, maka ©Conscio-Science menawarkan langkah lanjut, yaitu jika Material Science menelusuri partikel dan hukum fisika, dan Cognitive Science menelaah pikiran dan persepsi, maka ©Conscio-Science menembus ke lapisan makna, niat, dan nilai yang menyatukan manusia dengan semesta.
Dalam ©Filsafat-Trialisme-Diripedia, pengetahuan manusia tidak berhenti pada apa yang tampak (Realitas objektif – R1) atau pada bagaimana kita berpikir (Realitas subjektif – R2), melainkan menembus hingga mengapa sesuatu bermakna (Realitas transenden – R3)). Tiga realitas utama, yaitu R1, R2, dan R3, tidak berdiri sebagai hierarki, melainkan sebagai tiga wajah dari satu kesadaran yang sama.
| Realitas | Ranah Ilmu | Fokus Utama | Orientasi Epistemik | 
| R1 | Material Science | Fenomena fisik, energi, dan hukum alam | Objektif | 
| R2 | Cognitive Science | Pikiran, persepsi, emosi, dan kesadaran reflektif | Subjektif | 
| R3 | ©Conscio-Science | Makna, nilai, kebijaksanaan, dan niat sadar | Transenden | 
R1 mengajarkan kita tentang dunia di luar diri,
R2 menuntun kita memahami dunia di dalam diri,
sedangkan R3 menyatukan keduanya dalam “ruang resonansi makna”,  yaitu tempat sains dan kesadaran saling bergetar dalam harmoni.
Di sinilah ©Conscio-Science menempati posisi unik, bukan di atas atau di luar sains lainnya, melainkan di antara dan di dalamnya, sebagai jembatan yang menghidupkan pengetahuan dengan makna. Ia menjadi ruh epistemik yang membuat sains tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana.
Untuk meneliti kesadaran secara ilmiah, ©Conscio-Science memperkenalkan sebuah pendekatan baru yang disebut Protokol Marker Trialistik (PMT), yaitu sebuah kerangka riset integratif yang mengamati manusia sebagai sistem hidup yang menyatu antara badan, pikiran, dan makna.
PMT mengasumsikan bahwa setiap fenomena kesadaran selalu memanifestasikan diri dalam tiga lapisan realitas yang saling beresonansi, yaitu:
| Dimensi Riset | Jenis Marker | Fokus Pengamatan | 
| R1 – Objective Markers | Indikator fisiologis dan bioenergetik | HRV (Heart Rate Variability), EEG, pola energi tubuh, respons sensorik | 
| R2 – Subjective Markers | Indikator fenomenologis dan introspektif | Pengalaman batin, emosi, persepsi, refleksi diri | 
| R3 – Normative Markers | Indikator keselarasan nilai dan niat | Koherensi antara nilai, niat, dan perilaku nyata | 
Pendekatan trialistik ini memungkinkan penelitian kesadaran tidak lagi berhenti pada sisi biologis (R1) atau psikologis (R2) saja, tetapi menembus lapisan etis dan eksistensial (R3), di mana makna dan kebijaksanaan hidup berakar.
Dengan demikian, PMT bukan sekadar prosedur observasi, tetapi metoda pengetahuan holistik — yang menempatkan manusia bukan hanya sebagai objek penelitian, melainkan sebagai subjek dan pusat makna itu sendiri.
Ia membuka peluang untuk mengukur koherensi diri, bukan sekadar aktivitas otak; memahami resonansi nilai, bukan sekadar stimulus-respons.
Dalam pandangan ©Conscio-Science, makna bukanlah produk dari pikiran, melainkan energi halus yang menggerakkan kesadaran. Ia hadir sebelum kata, sebelum konsep, bahkan sebelum tafsir; mengalir di antara nilai (R3), pikiran (R2), dan tubuh (R1) sebagai medan resonansi kehidupan itu sendiri.
©Conscio-Science menyatakan bahwa makna adalah energi halus yang menggerakkan kesadaran. Makna tidak dihasilkan, tetapi dihidupi. Ia bukan hasil dari proses berpikir linear, melainkan getaran koherensi antara niat, nalar, dan napas, atau antara R3, R2, dan R1 dalam sistem Trialistik ©Diripedia.
Ketika tiga ranah ini selaras, kesadaran tidak lagi menjadi pengamat pasif atas dunia, melainkan bagian aktif dari mekanisme semesta yang senantiasa memproduksi makna.
Oleh karena itu, ©Conscio-Science menegaskan bahwa sains masa depan tidak cukup hanya mengamati fenomena, tetapi harus berpartisipasi dalam realitas yang diamatinya.
Pengetahuan tidak lagi sekadar cermin dari dunia, tetapi jembatan kesadaran antara yang mengetahui dan yang diketahui.
“Science no longer ends in observation, but evolves into participation.”
Dengan demikian, ©Conscio-Science melakukan redefinisi mendasar terhadap hakikat sains:
“Science is the awareness of participation — knowledge infused with consciousness, observation transformed into meaning.”
Sains tentang makna adalah sains yang sadar akan dirinya sendiri: sains yang tidak hanya menjelaskan dunia, tetapi menyadari keberadaannya di dalam dunia.
Ia adalah sains yang berjiwa, yang mengembalikan kesadaran manusia ke tempat semestinya — bukan di luar realitas, tetapi di pusatnya.
Dunia modern sedang mengalami krisis makna. Teknologi berkembang jauh lebih cepat daripada kebijaksanaan; pengetahuan melimpah, tetapi kebijaksanaan menipis. Manusia mengetahui “cara melakukan segalanya,” namun sering kehilangan arah “mengapa ia melakukannya.”
Dalam situasi inilah ©Conscio-Science hadir, bukan sekadar sebagai teori baru, tetapi sebagai jembatan kesadaran global antara yang empiris dan yang eksistensial.
Ia memulihkan keseimbangan yang lama terpisah: antara ilmu dan makna, logika dan rasa, data dan doa.
Di dunia Barat, sains telah lama berakar pada objektivitas dan pengukuran, menekankan akurasi, bukti, dan keterulangan. Sementara dalam tradisi Timur, pengetahuan dipahami melalui pengalaman batin dan kesadaran reflektif, menekankan keharmonisan, nilai, dan intuisi.
Keduanya adalah dua sayap dari burung pengetahuan yang sama—dan hanya dengan keduanya manusia dapat benar-benar terbang melampaui batas dirinya.
©Conscio-Science membuka ruang dialog baru di antara dua tradisi besar ini:
ia menyatukan epistemologi empiris Barat dengan filsafat kesadaran Timur, membangun a new integral science — sains yang tidak hanya menjawab what dan how, tetapi juga why.
Implikasinya bersifat luas dan lintas bidang:
Dengan demikian, ©Conscio-Science tidak hanya menawarkan disiplin baru, tetapi arah baru bagi peradaban manusia.
Sebuah peradaban yang tidak lagi menaklukkan alam, tetapi berdialog dengannya;
yang tidak sekadar mencipta teknologi, tetapi membangun kesadaran kolektif.
“In a world filled with information, what humanity needs most is illumination.”
©Conscio-Science membawa pesan bahwa masa depan sains bukan di laboratorium semata, melainkan
Berpikir kritis memastikan bahwa makna tidak tergelincir menjadi dogma, dan kesadaran tidak direduksi menjadi klaim tanpa bukti. Dalam ©Conscio-Science, berpikir kritis:
Berpikir kritis dalam ©Conscio-Science bukan skeptisisme yang mematahkan, melainkan ketelitian yang memurnikan, agar sains tentang makna tetap berjiwa sekaligus dapat diuji.
Pada akhirnya, ©Conscio-Science mengajak kita kembali menautkan sains dengan jiwa. Dari R1 (yang mengajar kita memahami struktur dunia), berlanjut ke R2 (yang menyingkap cara kita memaknainya), dan berpuncak pada R3 (yang menyatukan nilai, niat, dan kebijaksanaan), perjalanan ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak hanya tentang apa dan bagaimana, melainkan juga tentang mengapa.
Dengan kerangka Trialistik ©Diripedia, sains tidak berhenti pada observasi, melainkan bertransformasi menjadi partisipasi sadar, di mana data, pengalaman, dan makna beresonansi untuk menumbuhkan kemaslahatan.
“Science begins with curiosity and ends with consciousness.
Between both lies meaning – the bridge built by ©Conscio-Science.”
— Luluk Sumiarso
Jakarta, 25 Oktober 2025.
_____________
*) Catatan IPR
Istilah ©Conscio-Science, pertama kali diperkenalkan oleh Luluk Sumiarso, adalah bagian dari sistem ©Diripedia dan telah dikodifikasi sebagai IPR ©Diripedia 2025 – Conscio-Science V1 yang merupakan penamaan formal (‘terminological reframing’) atas ranah kajian kesadaran bermakna. Ini bukan klaim kebaruan materi kajian secara total, melainkan perumusan ulang yang sistemik dan bernilai guna bagi riset lintas-disiplin (R1–R2–R3).