Diripedia Online

Si Doel Mencari Jatidiri: Petualangan Menuju Kebenaran Diri

Pada suatu hari, dalam kehidupan seorang teman yang penuh misteri, dimulailah petualangan menuju kebenaran diri yang diberi nama Si Doel. Si Doel, begitu panggilan yang melekat padanya, seorang teman yang kerap hadir dalam setiap pertemuan, tetapi misterius karena tak pernah menyebutkan namanya.

Teman-temannya, termasuk saya, hanya tahu bahwa panggilan itu lazim di masyarakat Jawa Timur. Dalam sebutan seputar agama, kita sering menggunakan istilah ini untuk merujuk pada teman seagama, seseorang yang kita sampaikan sesuatu padanya. Tetapi, Si Doel tak hanya memegang arti itu. Dia benar-benar menolak menyebutkan namanya, mirip dengan sebutan “ferguso” yang tak hanya unik tetapi juga mengundang rasa penasaran.

Akhirnya, setelah beberapa waktu, saya pun mengetahui bahwa nama asli Si Doel adalah Atman. Mengapa ia memilih nama itu, hanya Tuhan dan dirinya yang tahu. Namun, begitulah, teman unik ini diakui sebagai Atman.

Dalam satu pertemuan, Si Doel terlihat berbeda. Wajahnya murung, tanpa gairah seperti biasanya. Dia terlihat galau, dan ketika saya bertanya, akhirnya dia bersedia berbagi. “Saya merasa bahwa teman-teman saya menganggap saya tidak mengenali jati diri saya sendiri. Awalnya, saya marah, namun kemudian saya menyadari bahwa mereka mungkin benar. Selama ini saya hanya hidup, tetapi tidak benar-benar mengerti kehidupan. Saya tidak tahu sejatinya hidup, dan yang lebih penting, saya tidak mengenal jati diri saya sendiri,” ungkap Si Doel dengan nada rendah.

Percakapan itu membuat saya teringat pada kisah-kisah pewayangan, di mana tokoh Bima mencari jati dirinya sesuai perintah gurunya, Begawan Durna. Bima harus menjelajahi dasar samudra, mengalami godaan dan cobaan, untuk menemukan esensi dirinya. Di dunia pewayangan yang memiliki ratusan karakter, hanya Bima yang berusaha mencari jati dirinya.

Saat itu, saya menyadari bahwa mungkin tidak hanya Si Doel yang belum mengenali dirinya. Mungkin kita semua belum menemukan jati diri kita, tetapi takut untuk mengakui atau bertanya. Namun, Si Doel punya keberuntungan. Dia tak perlu melakukan perjalanan fisik atau menjelajahi samudra. Dia cukup berselancar di dunia maya untuk menemukan informasi dan jawaban.

Namun, melihat cara Si Doel memegang ponsel, terlihat bahwa dia belum terbiasa berselancar di dunia maya. Bagaimana mungkin dia tidak bingung melihat begitu banyak istilah dan pandangan yang mungkin bertentangan? Tiba-tiba, ide muncul di benak saya. Apakah mungkin Si Doel terinspirasi oleh tokoh Bima? Apakah dia juga mencari jati dirinya?

Jawabannya mungkin ya. Si Doel tampak antusias ketika saya mengeksposnya pada konsep dimensi kesadaran. Kami mulai dengan dimensi nol, titik yang tak memiliki panjang, lebar, atau tinggi. Seperti atom, unsur paling dasar dari diri kita yang tidak dapat diubah. Dia menanggapi dengan antusias, “Oh, seperti itu ya! Seperti jati diri kita yang mendasar, tak terubah.”

Kami melanjutkan dengan menjelaskan taksonomi diri manusia, klasifikasi unsur-unsur yang terkait dengan diri kita. Badan sebagai dimensi kesadaran 2, jiwa sebagai dimensi kesadaran 3, dan roh sebagai dimensi kesadaran 4. Semuanya bekerja bersama, seperti perangkat keras dan lunak pada komputer. Si Doel mengiyakan, “Saya paham. Sepertinya ada hubungannya dengan analogi itu.”

Tiba-tiba, Si Doel menginterupsi, “Jadi, mana jati diriku?” Saya tersenyum, “Tidak semudah itu, Si Doel. Jati diri seperti atom, hakikat yang tak bisa diubah. Tapi, banyak hal terkait dengan diri manusia yang akan terus berkembang seiring dengan perkembangan otak kita.”

Saya menawarkan agar kita belajar bersama tentang sistem kesadaran manusia melalui apa yang saya sebut sebagai “diri media.” Mirip dengan Wikipedia, tetapi khusus untuk pembelajaran tentang diri manusia. Dengan pendekatan ini, kita bisa belajar secara komprehensif dan integral.

Si Doel, tanpa sadar, tampak antusias dan setuju. “Mari kita pelajari bersama,” ujarnya. Petualangan Si Doel mencari jatidiri pun dimulai, dan saya yakin bahwa dalam pembelajaran ini, kita semua akan menemukan lebih dari sekadar sepotong-sepotong diri kita yang hilang.

https://diripedia.org

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*