©Diripedia #00: Perjalanan Hidup adalah Ibarat Sebuah Penerbangan
Oleh:Luluk Sumiarso
Pendiri/Ketua NioD-Indonesia
(The Nusantara Institute of Diripedia).
Abstract:
In life, our journey can be likened to an expansive flight through the vast skies, filled with potential, challenges, and opportunities. “©Diripedia #00: Life’s Journey as a Flight” explores the metaphor of life as a flight, where each individual is like an airplane taking off, soaring toward their purpose. The article delves into the three main elements of this metaphor: R1 (The Airplane), representing the body as the vessel of life; R2 (The Pilot), our thoughts and emotions that navigate the path; and R3 (The Pilot and Air Traffic Control), the transcendent consciousness guiding us through the journey.
In this flight, ‘©Humaniah’ represents the tensions and challenges we face as we traverse through life, constantly balancing our aspirations with inner fears and doubts. ©Human-Paradox, an internal conflict between our boundless potential and the limitations imposed by fear, emerges throughout every phase of the journey. Ultimately, the article emphasizes the role of the Creator as the guiding force, helping us navigate these paradoxes, trusting that we are guided towards our true destination, even when the path seems uncertain.
Using ©Diripedia as a platform, this journey can be further enriched through various modules that connect different facets of human existence, creating an interconnected experience of self-discovery and growth. The concept of “docking” into the International Space Station (ISS) serves as a metaphor for these modules, providing a holistic framework for deeper exploration of the human condition.
- Pendahuluan.
©Diripedia adalah platform holistik yang menyatukan berbagai dimensi kehidupan manusia dalam satu kesatuan yang lebih luas. Platform ini dirancang untuk membantu kita memahami perjalanan hidup, baik dari aspek fisikal (R1), mental (R2), maupun spiritual (R3). Di dalam ©Diripedia, terdapat berbagai modul yang dapat “docking” ke dalam konsep yang lebih besar, yang berfungsi sebagai pusat untuk menghubungkan berbagai elemen perjalanan hidup.
Filsafat ©Trialisme-Diripedia adalah pendekatan filosofis yang digunakan dalam platform ini, yang mengacu pada teori trialisme dalam memahami manusia sebagai entitas yang terdiri dari tiga realitas—R1 (Raga-Jasmani), R2 (Jiwa-Psikani), dan R3 (Sukma-Rohani)—yang berinteraksi satu sama lain. Pendekatan ini menawarkan perspektif yang lebih mendalam tentang hubungan antara tubuh, pikiran, dan kesadaran yang lebih tinggi dalam perjalanan hidup kita.
Dalam perspektif ©Diripedia, perjalanan kehidupan yang kita jalani bisa diibaratkan sebagai sebuah penerbangan. Setiap individu, dalam upaya menjalani kehidupan, seperti pesawat yang lepas landas dari bandara, terbang menuju tujuannya. Namun, sebelum kita memulai penerbangan ini, penting untuk memahami peran setiap elemen dalam perjalanan hidup kita—dari pesawat yang membawa kita, hingga pilot yang mengarahkan penerbangan kita, serta pengarah yang memberi komando.
Dalam konteks ini, kita bisa mengibaratkan perjalanan hidup sebagai penerbangan dengan tiga elemen utama:
- R1 (Pesawat): Pesawat adalah tubuh kita, sarana yang memungkinkan kita menjalani perjalanan hidup. Tanpa pesawat, kita tidak akan dapat terbang, begitu pula tanpa tubuh, kita tidak bisa menjalani kehidupan ini. Raga kita menjadi alat yang memungkinkan segala proses dalam hidup kita berjalan, menghadapi tantangan, dan menavigasi dunia.
- R3 (Pilot dan ATC): Pilot dan ATC (Air Traffic Control) adalah kesadaran transenden kita, yang mengarahkan dan memberi komando terhadap perjalanan hidup kita. R3 berperan sebagai pengarah, yang memberi arahan dan kebijaksanaan untuk menjalani hidup ini, memberi instruksi tentang tujuan yang lebih tinggi dan menjaga kita tetap pada jalur yang benar, meskipun sering kali kita tidak melihat atau menyadari keberadaannya secara langsung.
- R2 (Pilot): Pikiran dan perasaan kita adalah pilot yang memandu pesawat—tubuh kita—dalam perjalanan hidup. Di sinilah keputusan dibuat, arah dipilih, dan interaksi dengan instruksi dari R3 Pikiran dan perasaan kita yang bertanggung jawab atas bagaimana kita merespons keadaan di sekitar kita dan bagaimana kita bergerak menuju tujuan yang lebih tinggi. Dalam konteks ini, R2 berperan sebagai mediator yang menjalankan peran aktif dalam keputusan-keputusan besar dalam hidup.
Selain itu, ada konsep autopilot dalam penerbangan yang menggambarkan kondisi ketika kita menjalani hidup dengan pola yang sudah terbentuk, tanpa banyak refleksi atau kesadaran aktif. Autopilot ini berjalan ketika kita mengikuti rutinitas tanpa pertanyaan atau pemahaman mendalam, namun untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna dan selaras dengan arahan R3, kita perlu mengambil kendali penuh, menyelaraskan pikiran, perasaan, dan keputusan-keputusan besar dengan prinsip-prinsip lebih tinggi yang datang dari R3.
©Humaniah adalah sebuah konsep yang menggambarkan ketegangan batin manusia dalam perjalanan hidup—konflik antara potensi besar untuk berkembang dan keraguan yang menghalangi kita untuk melangkah maju. Ketegangan ini merupakan bagian dari dinamika kehidupan, di mana kita dihadapkan pada ketakutan dan ketidakpastian yang terus menguji kita untuk terus tumbuh. ©Humaniah lebih berfokus pada konflik emosional dan psikologis yang dihadapi dalam kehidupan. Ketegangan ini berasal dari keinginan manusia untuk berkembang dan mencapai potensi tertinggi mereka, namun dihadapkan dengan ketakutan, keraguan, dan ketidakpastian. ©Humaniah akan kita elaborasi lebih rinci dalam artikel selanjutnya (©Diripedia #01).
©Human-Paradox
Kata “paradox”, atau paradoks, berasal dari bahasa Yunani “paradoxon” yang berarti “sesuatu yang bertentangan dengan pendapat umum” atau “berbeda dengan yang diharapkan”. Secara umum, paradoks merujuk pada pernyataan atau situasi yang tampaknya kontradiktif atau bertentangan dengan pemahaman biasa atau logika, namun setelah dianalisis lebih lanjut, bisa jadi memiliki kebenaran atau penjelasan yang tersembunyi. ©Human-Paradox adalah ketegangan yang terjadi dalam setiap tahapan penerbangan, yang juga tercermin dalam perjalanan hidup. Paradoks ini adalah konflik batin yang muncul ketika kita tahu kita memiliki potensi yang luar biasa untuk berkembang dan terbang tinggi, tetapi pada saat yang sama, ketakutan dan keraguan sering menghalangi kita untuk melangkah maju. Dalam setiap fase kehidupan, kita dihadapkan dengan dorongan untuk tumbuh, namun ada ketidakpastian dan ketakutan yang menguji keteguhan hati kita. Ini adalah konflik yang terjadi di sepanjang perjalanan hidup kita, yang mencerminkan dinamika batin dalam setiap fase hidup. ©Human-Paradox lebih terfokus pada paradoks spesifik yang muncul ketika kita ingin tumbuh dan berkembang tetapi dihadapkan dengan ketakutan, keraguan, dan ketidakpastian yang menghalangi kita. ©Human-Pardox akan kita elaborasi lebih rinci dalam artikel selanjutnya (©Diripedia #02).
ISS dan Docking Modul-modul dalam Perjalanan Hidup
Konsep “Ibarat Hidup Sebuah Penerbangan” bisa menjadi semacam ISS (International Space Station) atau “Stasiun Antariksa Internasional” yang menyatukan berbagai modul yang berfungsi sebagai bagian-bagian dari perjalanan hidup yang lebih luas. Ini memberikan gambaran bahwa penerbangan adalah metafora yang bisa terus diperkaya dan didalami dengan berbagai modul-modul yang menghubungkan kita ke tujuan lebih tinggi. Setiap artikel atau topik yang kita bahas bisa dianggap sebagai modul yang bisa “docking” ke ISS tersebut, yang menggambarkan perjalanan hidup dengan segala dinamikanya. Dalam konteks ©Diripedia, setiap modul ini bisa dihubungkan dengan platform R1 (Jasmani), R2A (Psikani-Kognitif), R2B (Psikani-Afektif), R2C (Psikani-Konatif), dan R3 (Rohani) sebagai interkonektor “docking” sehingga memungkinkan kita untuk terus menjelajahi perjalanan hidup kita dengan perspektif yang lebih dalam dan lebih holistik.
- Persiapan Terbang: Memahami ©Human-ParadoxSebelum kita memulai perjalanan hidup, kita harus terlebih dahulu memahami sesuatu yang sangat penting, yaitu Human Paradox. Dalam konteks penerbangan, bayangkan kita sedang berada di pesawat, bersiap untuk lepas landas menuju tujuan yang lebih tinggi. Di saat ini, kita berdiri di persimpangan antara dua kekuatan yang saling bertentangan, yaitu keinginan untuk terbang tinggi dan ketakutan akan kegagalan. Human Paradox adalah ketegangan yang muncul ketika kita tahu bahwa kita memiliki potensi untuk mencapai hal-hal besar, namun sering kali kita merasa ragu, cemas, dan takut untuk memulai perjalanan tersebut.Human Paradox ini hadir ketika kita menyadari bahwa kemampuan kita untuk meraih tujuan begitu besar, namun sering kali ketakutan atau keraguan internal muncul dan menghalangi kita untuk mengambil langkah pertama. Ini adalah situasi yang kita alami dalam banyak aspek kehidupan—baik itu memulai karir baru, menjalin hubungan baru, atau mengambil keputusan besar yang dapat mengubah arah hidup kita. Ketika berada di ambang perubahan besar, ada dorongan kuat untuk maju, namun di sisi lain, ada rasa takut terhadap hal-hal yang tidak kita ketahui, dan perasaan ketidakpastian yang menguji keyakinan kita. Seperti halnya pilot yang berada di kokpit pesawat, siap untuk mengangkat tubuh pesawat dari tanah, ada ketegangan antara keberanian untuk terbang dan ketakutan akan apa yang akan terjadi begitu pesawat meluncur.
Menyikapi Human Paradox berarti kita perlu belajar untuk menerima ketidakpastian sebagai bagian dari proses menuju pencapaian. Sama halnya dengan seorang pilot yang mempersiapkan diri untuk take off, kita harus siap menghadapi turbulensi yang mungkin terjadi sepanjang perjalanan hidup. Ketakutan dan keraguan sering kali hadir, tetapi itu bukan berarti kita berhenti. Sebagai manusia, kita seringkali merasa perlu mengontrol setiap aspek perjalanan kita. Namun, untuk bisa terbang lebih tinggi dan mencapai tujuan yang lebih bermakna, kita perlu melepaskan sebagian kendali, mempercayakan perjalanan ini kepada Sang Pencipta, yang mengarahkan kita menuju takdir yang lebih besar. Seperti pesawat yang membutuhkan landasan yang kokoh untuk lepas landas, kita juga membutuhkan keyakinan bahwa segala sesuatunya telah dipersiapkan dengan baik, bahkan ketika kita tidak dapat melihat sepenuhnya apa yang ada di depan.
Kenapa Human Paradox ini sangat penting untuk dipahami sejak awal perjalanan? Ketika kita memulai perjalanan hidup, kita tahu bahwa akan ada ketegangan. Ada perasaan kuat bahwa kita memiliki potensi yang luar biasa untuk meraih lebih, tetapi di sisi lain, ada ketakutan yang sering kali menahan kita untuk melangkah maju. Dengan memahami Human Paradox, kita dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi ketegangan ini tanpa terkejut atau merasa tidak siap. Human Paradox mengajarkan kita bahwa ketakutan dan keraguan adalah bagian alami dari setiap perjalanan. “Think the unthinkable” atau hidup ini penuh dengan ketidakpastian, dan perjalanan kita pun penuh dengan tantangan yang tak terduga. Kita harus siap untuk menghadapi ketidakpastian ini, belajar dari pengalaman, dan tetap melangkah maju meskipun kita tidak selalu memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang akan terjadi.
Dengan menyadari adanya Human Paradox sejak awal perjalanan hidup kita, kita bisa lebih bijak dan siap menghadapi segala kemungkinan yang akan muncul. Sama seperti pilot yang bersiap menghadapi turbulensi, kita pun bisa menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan hidup dengan lebih tenang dan percaya diri. Ketegangan antara potensi dan ketakutan ini akan selalu ada, tetapi dengan keberanian, keyakinan, dan kepercayaan pada Sang Pencipta, kita akan mampu menghadapinya dan tetap terbang menuju tujuan yang lebih tinggi
- Di Tengah Perjalanan: Menghadapi Turbulensi dan Ketegangan Batin.Setelah pesawat lepas landas dan perjalanan hidup mulai dimulai, kita memasuki fase di mana turbulensi menjadi hal yang tak terhindarkan. Sama seperti pesawat yang merasakan guncangan dan getaran di udara, kita pun merasakan guncangan batin, yaitu antara keraguan, ketakutan, dan tantangan yang datang ketika kita melangkah lebih jauh dalam hidup. Inilah saatnya di mana Human Paradox muncul dengan lebih kuat, karena meskipun kita tahu kita memiliki potensi yang besar, sering kali perasaan tidak pasti dan ketakutan semakin menghalangi langkah kita.Di tengah perjalanan, Human Paradox menampakkan dirinya dalam bentuk keraguan dan ketakutan yang lebih intens. Saat pesawat berada di ketinggian dan melalui awan gelap, turbulensi menjadi bagian dari proses. Begitu pula dalam hidup kita, ketika kita mulai mengejar tujuan yang lebih tinggi dan mengambil langkah besar, kita pasti akan menghadapi tantangan dan rasa takut. Mungkin kita merasakan kegelisahan, merasa ragu apakah kita akan bisa mengatasi rintangan yang datang. Seperti pilot yang harus tetap fokus meskipun pesawat bergetar dan guncang, kita pun harus tetap menjaga fokus meski ketakutan mulai merasuk.
Menghadapinya adalah kunci di titik ini. Saat turbulensi datang, baik itu dalam bentuk kegagalan, konflik, atau ketidakpastian, kita harus belajar untuk tetap tenang dan menghadapinya dengan kepala dingin. Ketika kita merasa terombang-ambing oleh keraguan atau perasaan ingin menyerah, kita perlu ingat bahwa turbulensi itu hanya sementar, seperti halnya pesawat yang terus bergerak maju meskipun dihantam angin kencang, kita pun bisa melanjutkan perjalanan kita meskipun dihantui rasa takut.
Pada titik ini, kita harus mempercayakan perjalanan kita kepada Sang Pencipta, yang menjadi kompas yang membimbing kita melewati kesulitan. Seperti halnya pilot yang tidak pernah sendirian dalam kokpit, kita pun tidak pernah sendirian dalam menghadapi ketegangan batin ini. Sang Pencipta mengarahkan kita melalui kesulitan, mengingatkan kita bahwa ketegangan yang kita hadapi adalah bagian dari proses menuju ketinggian yang lebih besar. Ketika kita berada di tengah turbulensi, sangat mudah untuk kehilangan arah dan merasa terjebak. Namun, kita harus mengingat bahwa jawaban terbaik dalam situasi ini bukanlah mencari jalan pintas untuk menghindar, tetapi untuk tetap menjaga kestabilan—baik fisik maupun mental.
“Think the unthinkable”—hidup ini penuh dengan ketidakpastian dan tantangan yang tak terduga, dan turbulensi hanyalah bagian dari perjalanan yang lebih besar. Kita harus siap menghadapi lebih banyak guncangan, meskipun kita tidak selalu tahu kapan atau di mana itu akan terjadi. Yang terpenting adalah kita tetap menjaga keseimbangan, menjaga arah kita, dan tidak membiarkan ketakutan kita mengendalikan langkah kita. Sama seperti pesawat yang tidak kehilangan jalur meskipun di tengah badai, kita juga harus terus melangkah meskipun ketakutan dan ketidakpastian datang mengguncang kita.
Di tengah perjalanan ini, kita diajarkan untuk menerima ketidakpastian sebagai bagian dari hidup. Tidak ada yang pernah terhindar dari turbulensi, tetapi kita bisa menghadapinya dengan ketenangan, keyakinan, dan tekad yang tak tergoyahkan. Dengan menjaga keseimbangan dan terus mempercayakan perjalanan kita kepada Sang Pencipta, kita akan mampu melewati segala tantangan yang datang, menuju tujuan yang lebih tinggi dan lebih bermakna.
- ‘Autopilot’: Mempercayakan Diri Pada Kebijaksanaan yang Lebih Tinggi.
Ketika pesawat memasuki mode autopilot, seorang pilot melepaskan sebagian besar kendali dan membiarkan sistem otomatis yang telah terprogram dengan cermat mengendalikan penerbangan. Begitu pula dalam hidup, ada saat-saat ketika kita harus membiarkan diri kita berjalan dengan sedikit pengendalian, menyerahkan sebagian kendali kepada sesuatu yang lebih besar dan lebih bijaksana—Sang Pencipta. Ini adalah titik di mana Human Paradox muncul dengan jelas, di mana kita merasa dorongan untuk mengendalikan segalanya, tetapi kenyataannya kita harus melepaskan sebagian kendali dan mempercayakan perjalanan hidup kita kepada kebijaksanaan yang lebih tinggi.
Dalam mode autopilot, pesawat tetap melaju menuju tujuannya meskipun kita tidak aktif mengontrol setiap aspek pergerakannya. Mode ini adalah representasi dari Human Paradox yang kita alami dalam kehidupan. Di satu sisi, kita memiliki dorongan kuat untuk mengendalikan setiap aspek hidup kita, yaitu dari pekerjaan, hubungan, hingga masa depan. Kita merasa bahwa dengan mengendalikan segalanya, kita akan lebih aman dan lebih dekat dengan tujuan yang kita inginkan. Namun, di sisi lain, kehidupan mengajarkan kita bahwa kita tidak bisa mengontrol semuanya. Ada saat-saat di mana kita harus melepaskan kendali dan membiarkan Sang Pencipta memandu kita, melalui intuisi dan keputusan-keputusan kecil yang tampaknya tidak kita sadari.
Human Paradox dalam mode autopilot muncul ketika kita merasa perlu mengontrol, namun di saat yang sama, kita sadar bahwa kita harus melepaskan sebagian dari kontrol tersebut. Begitu pula dalam hidup kita, ketika kita merasa terjebak atau lelah, kita harus menghadapi kenyataan bahwa kita tidak selalu memiliki kekuatan untuk mengubah segala sesuatu yang terjadi. Namun, justru dengan melepaskan sebagian kendali dan mempercayakan perjalanan hidup kepada Sang Pencipta, kita memberikan ruang bagi kebijaksanaan yang lebih besar untuk bekerja dalam hidup kita.
Menghadapinya adalah bagian dari proses melepaskan kontrol tanpa kehilangan arah. Dalam perjalanan hidup, kita pasti akan menghadapi momen-momen ketika kebingungan atau kelelahan datang. Kita mungkin merasa tidak tahu harus pergi ke mana atau bagaimana membuat keputusan yang tepat. Di sinilah mode autopilot dalam kehidupan kita menjadi sangat penting. Ketika kita merasa lelah atau terjebak dalam ketidakpastian, kita perlu belajar untuk mempercayakan diri kepada Sang Pencipta, yang memberikan kita panduan melalui intuisi dan keputusan-keputusan kecil yang kita ambil. Sama seperti autopilot yang mengatur jalur pesawat meskipun pilot tidak mengendalikan setiap gerakan, kita pun dapat mempercayakan langkah-langkah kita kepada kebijaksanaan yang lebih tinggi.
Pada saat-saat ketidakpastian, kita harus percaya bahwa Sang Pencipta memberikan arahan yang lebih besar melalui berbagai petunjuk dalam hidup, baik itu melalui perasaan hati, pengalaman masa lalu, atau bahkan dorongan untuk mengambil langkah-langkah kecil yang tampaknya tidak signifikan, namun akhirnya membawa kita menuju tujuan yang lebih besar. Menerima kenyataan bahwa kita tidak bisa mengendalikan segalanya memungkinkan kita untuk lebih tenang dalam menjalani kehidupan, mengetahui bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang mengatur perjalanan kita.
Melepaskan kendali bukan berarti menyerah atau tidak peduli dengan perjalanan kita. Sebaliknya, ini adalah tentang memiliki kepercayaan yang mendalam bahwa segala sesuatunya akan berjalan sebagaimana mestinya. Sama seperti pesawat yang tetap terbang dengan stabil meskipun berada dalam mode autopilot, kita pun dapat terus maju dengan keyakinan bahwa kita berada di jalur yang benar, meskipun kita tidak selalu bisa mengontrol setiap elemen dari perjalanan hidup kita.
Autopilot mengajarkan kita bahwa terkadang, melepaskan kendali dan mempercayakan perjalanan kita kepada Sang Pencipta adalah cara terbaik untuk tetap bergerak maju. Ini adalah bagian dari proses penerimaan, di mana kita memahami bahwa meskipun kita mungkin tidak bisa mengendalikan segalanya, kita selalu dapat mempercayakan setiap langkah kita kepada kebijaksanaan yang lebih tinggi yang mengarahkan kita menuju tujuan yang lebih besar. Dengan mempercayakan diri pada Sang Pencipta, kita tidak hanya menyerahkan kendali, tetapi juga membuka diri untuk menjalani hidup dengan kedamaian dan keyakinan yang lebih mendalam
- Menjaga Keseimbangan: Pilot yang Tegar di Tengah Ketidakpastian.Saat kita semakin mendekati tujuan kita—pada akhirnya untuk mendarat dengan selamat—ketegangan dalam diri kita kembali muncul. Inilah momen penting yang mencerminkan Human Paradox dalam kehidupan. Ketika tujuan sudah semakin dekat, perasaan ketidakpastian dan keraguan seringkali muncul kembali. Kita tahu bahwa kita hampir sampai di tujuan, tetapi tetap saja ada ketakutan yang membayangi, ketakutan yang datang dari hal-hal yang tidak kita tahu pasti. Ini adalah pertempuran batin yang tak terhindarkan, sebuah ketegangan antara keyakinan yang mendorong kita untuk maju dan ketakutan yang membuat kita ragu untuk melangkah lebih jauh.
Dalam penerbangan, ini adalah momen ketika pesawat mulai menurunkan ketinggiannya untuk mendarat, tetapi ada turbulensi kecil yang masih menggoyangkan pesawat, menambah ketegangan bagi para penumpang dan pilot. Begitu pula dalam kehidupan kita, ketika kita mulai mendekati tujuan yang telah lama kita usahakan, keraguan bisa semakin besar. Kita merasa bahwa kita sudah hampir berhasil, namun ketidakpastian tentang hasil akhirnya, yaitu tentang apa yang akan terjadi setelah kita mencapai tujuan, masih menyelimuti pikiran kita. Human Paradox muncul dengan jelas: kita tahu bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan yang tersisa, namun ketakutan dan keraguan tetap menguji keteguhan hati kita.
Human Paradox dalam menjaga keseimbangan ini tercermin dalam ketegangan antara keyakinan kita untuk berhasil dan ketakutan yang masih ada. Kita tahu bahwa perjalanan hampir selesai, tetapi kita juga merasakan tekanan dan keraguan yang datang dari berbagai sisi. Ketika pesawat hampir menyentuh landasan, meskipun pilot tahu dengan jelas apa yang harus dilakukan, ketegangan fisik dan mental masih terasa. Ini adalah momen ketika kita berada di persimpangan antara keberhasilan yang sudah terlihat dan ketakutan yang muncul di detik-detik terakhir.
Bagaimana kita menghadapinya? Di saat-saat terakhir ini, kita perlu kembali mengingat prinsip dasar, yaitu bahwa kita memiliki kekuatan untuk mengatasi ketakutan kita. Sama seperti seorang pilot yang tetap tenang meski turbulensi masih mengguncang pesawat di dekat landasan, kita harus menemukan ketenangan dalam diri kita meskipun ketidakpastian mengelilingi kita. Kita harus tetap fokus pada tujuan dan kepercayaan diri bahwa kita memiliki kemampuan untuk melewati rintangan terakhir. Ini adalah tantangan yang menuntut kita untuk menjaga keseimbangan antara kemajuan dan keraguan, serta untuk mengatasi ketakutan yang tak terhindarkan.
Menghadapi Human Paradox pada titik ini adalah tentang berani bertindak meskipun ketakutan yang tidak bisa dihindari. Ketika kita berada di ambang pencapaian, langkah terakhir sering kali menjadi yang paling menantang. Namun, justru pada saat-saat seperti inilah kita menunjukkan kemampuan untuk menavigasi ketegangan batin ini dengan bijaksana. Menjaga keseimbangan antara keberanian dan keraguan adalah kunci untuk mencapai tujuan dengan tenang dan selamat.
Ketika kita mendekati garis finis dalam perjalanan hidup kita, kita belajar untuk mempercayai bahwa meskipun ada ketakutan, kita tetap memiliki kekuatan untuk terus bergerak maju. Kita harus ingat bahwa ketegangan ini adalah bagian dari perjalanan, dan ketakutan yang muncul justru menunjukkan bahwa kita sedang berada di jalur yang benar. Sama seperti pesawat yang mengarungi udara dengan kestabilan meskipun ada sedikit goyangan, kita pun harus tegar menjaga keseimbangan dalam menghadapi ketidakpastian, mempercayai bahwa setiap langkah kita adalah bagian dari proses menuju tujuan akhir.
Pada akhirnya, keberhasilan kita bukan hanya ditentukan oleh kemampuan kita untuk mencapai tujuan, tetapi oleh kemampuan kita untuk tetap bertahan di tengah ketegangan dan ketakutan. Dalam menjaga keseimbangan, kita belajar bahwa ketidakpastian adalah bagian dari perjalanan hidup, dan dengan keberanian serta keyakinan, kita mampu menavigasi setiap turbulensi menuju pencapaian yang lebih besar.
- Menghadapi Skema Terburuk: ‘Should it happen!’.
Dalam setiap perjalanan hidup, sama seperti dalam penerbangan, kita perlu siap menghadapi kemungkinan terburuk. Meski kita tentu tidak ingin hal buruk terjadi, kesiapan mental dan praktis untuk menghadapi skenario terburuk—atau “The Worst Case Scenario”—adalah hal yang penting. Hal ini serupa dengan prosedur keselamatan dalam penerbangan yang terkadang dianggap sepele, seperti instruksi untuk mengenakan sabuk pengaman atau menyiapkan masker oksigen. Meskipun kita jarang menggunakannya, instruksi-instruksi ini sangat penting jika keadaan darurat benar-benar terjadi.
Mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk bukan berarti kita mengharapkan kegagalan atau kesulitan datang, namun lebih pada kesiapan untuk menghadapinya dengan tenang dan bijaksana jika situasi itu muncul. Dalam karier, misalnya, ada kemungkinan terburuk seperti diberhentikan atau kehilangan posisi. Dalam hidup pribadi, ada ketidakpastian yang datang dalam bentuk kehilangan orang terdekat, penyakit, atau perubahan besar yang tak terduga. Namun, keyakinan kita pada kesiapsiagaan akan membawa kita untuk tetap stabil dan bangkit saat menghadapi hal-hal yang sulit.
‘Should it happen’, atau jika itu terjadi, kita harus tahu bahwa kita tidak bisa mengontrol segala sesuatu, tetapi kita dapat mengontrol bagaimana kita meresponsnya. Keselamatan perjalanan hidup, sama seperti dalam penerbangan, melibatkan kesiapan kita untuk menghadapi ketidakpastian. Saat kita siap dengan langkah-langkah preventif—baik mental, emosional, maupun praktikal—kita bisa bertahan dan tetap melangkah maju, meskipun banyak hal yang tidak dapat kita prediksi.
Dengan mengantisipasi kemungkinan terburuk, kita juga menunjukkan rasa hormat kepada ketidakpastian hidup dan menerima kenyataan bahwa kita tidak selalu bisa mengendalikan hasilnya. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita memilih untuk merespons dan bergerak maju setelahnya. Inilah esensi dari “Keselamatan Perjalanan Hidup,” yang memungkinkan kita untuk terus bergerak, bahkan di tengah tantangan yang berat.
- Mendarat: Refleksi atas Perjalanan dan Penyelesaian
Setelah pesawat mendarat dengan selamat di tujuan akhir, kita merasa lega, namun di saat yang sama, perasaan campur aduk muncul dalam diri kita. Human Paradox pada saat mendarat ini sangat terasa, karena kita akhirnya mencapai tujuan, namun perjalanan itu sendiri penuh dengan ketegangan antara keinginan untuk berhasil dan keraguan yang datang sepanjang perjalanan. Ketegangan ini tercermin dalam refleksi kita tentang bagaimana meskipun perjalanan penuh ketidakpastian, kita berhasil mengatasi segala rintangan dan sampai di tujuan dengan aman.
Mendarat adalah simbol penyelesaian perjalanan hidup kita, saat kita mengumpulkan kembali semua keberanian dan keyakinan yang sempat teruji sepanjang perjalanan. Kita tiba di titik yang kita tuju, namun di balik rasa lega itu, ada perenungan tentang bagaimana perjalanan ini dipenuhi dengan keraguan, ketakutan, dan tantangan yang tak terhitung jumlahnya. Kita menyadari bahwa meskipun kita tahu tujuan akhir kita, sering kali kita tidak sepenuhnya tahu apa yang akan kita temui selama perjalanan. Tetapi akhirnya, kita berhasil mencapai tujuan kita, meskipun ketidakpastian dan ketakutan itu selalu ada di sepanjang jalan.
Human Paradox ini adalah tentang menyadari bahwa meskipun kita menghadapi banyak keraguan dan ketakutan, kita tetap mampu bertahan dan mengatasi tantangan-tantangan itu. Proses perjalanan hidup, seperti halnya penerbangan, penuh dengan ketegangan batin. Di awal, kita mungkin merasa tidak yakin apakah kita bisa melakukannya, dan sepanjang perjalanan kita merasakan guncangan dan turbulensi yang membuat kita ragu. Namun, ketika pesawat akhirnya mendarat dengan selamat, kita menyadari bahwa kita telah melewati semua itu. Ini adalah bukti bahwa meskipun kita tidak sepenuhnya bebas dari keraguan, kita tetap bisa maju dan mencapai tujuan kita.
Proses mendarat adalah momen untuk berhenti sejenak, berterima kasih atas perjalanan yang telah kita lalui, dan menghargai setiap langkah yang membawa kita ke titik ini. Ini adalah saat kita bisa meresapi pelajaran yang kita ambil dari setiap guncangan dan ketakutan yang kita hadapi. Sama seperti pesawat yang selesai terbang dan mencapai landasan, kita juga menyelesaikan perjalanan hidup kita dengan segala tantangan dan ketidakpastian yang ada. Mendarat bukan hanya soal mencapai tujuan, tetapi juga soal bagaimana kita menyikapi perjalanan itu dengan rasa syukur dan kesadaran penuh.
Pada saat ini, kita dihadapkan pada pemahaman yang lebih dalam tentang Human Paradox—bagaimana ketakutan dan keraguan selalu ada, tetapi kita bisa berkembang dengan menghadapinya. Keberhasilan bukan hanya dilihat dari pencapaian tujuan akhir, tetapi juga dari cara kita melalui perjalanan dengan penuh keberanian dan kesadaran. Saat kita mendarat dan melihat kembali perjalanan kita, kita menyadari bahwa tantangan terbesar adalah bagaimana kita menyikapi perjalanan itu—dengan rasa syukur, penuh kesadaran, dan pengertian bahwa ketidakpastian adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa kita hindari, tetapi bisa kita hadapi dengan penuh keberanian.
“Think the unthinkable” adalah pelajaran besar yang bisa kita ambil setelah mendarat. Kita menyadari bahwa dalam hidup, tantangan dan ketidakpastian adalah hal yang tak terhindarkan. Tetapi, seperti pesawat yang mendarat dengan aman meskipun melalui banyak ketegangan di udara, kita juga bisa menghadapinya dengan percaya diri dan tekad. Setiap perjalanan, meskipun penuh dengan ketakutan, keraguan, dan ketidakpastian, adalah kesempatan bagi kita untuk tumbuh dan berkembang. Dengan mendarat, kita bukan hanya mencapai tujuan, tetapi juga belajar untuk lebih menghargai proses, ketegangan, dan refleksi yang membentuk kita dalam perjalanan itu.
Akhirnya, mendarat mengajarkan kita untuk menerima perjalanan kita dengan seluruh ketidakpastiannya. Setiap guncangan dan setiap keraguan yang kita alami adalah bagian dari perjalanan yang mematangkan kita, dan dengan mendarat, kita tidak hanya mencapai tujuan, tetapi juga mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri, dan bagaimana kita menghadapi Human Paradox dengan penuh kebijaksanaan dan rasa syukur.
- Menyelami Kedalaman Diri: Mengungkap Ilusi dan Kesadaran Sejati
Setelah pesawat mendarat dan perjalanan hidup mulai memasuki fase refleksi, kita memperluas pemahaman tentang perjalanan ini dengan menyelami kedalaman diri dan mengungkap ilusi yang seringkali menghalangi kita untuk melihat dengan jelas tujuan akhir kita. Di sini, kita masuk ke dalam wilayah Kesadaran Transenden (R3), yang mengarahkan kita menuju pemahaman yang lebih tinggi, lebih luas, dan lebih sejati tentang siapa kita sebenarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali terjebak dalam narasi yang kita ciptakan tentang diri kita—cerita yang dibangun berdasarkan pengalaman masa lalu, ketakutan, dan ekspektasi kita terhadap masa depan. Namun, ketika kita mulai menyelami kedalaman diri, kita menyadari bahwa banyak dari cerita ini hanyalah ilusi, seperti gelombang yang datang dan pergi di atas permukaan laut kesadaran yang lebih luas. Kesadaran transenden (R3) mengajak kita untuk melihat lebih dalam dari narasi terbatas ini, dan menyadari bahwa diri sejati kita adalah sesuatu yang lebih besar dan lebih luas dari apa yang kita pikirkan.
Pernahkah kita merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari diri kita yang mengarahkan perjalanan hidup kita? Itulah yang sering disebut sebagai kesadaran sejati—kesadaran yang tak terbatas oleh ruang dan waktu, yang melampaui identitas individu. Dalam perjalanan hidup ini, kita sering merasa terjebak dalam batasan-batasan yang kita ciptakan sendiri, namun ketika kita belajar melepaskan keterikatan pada identitas terbatas, kita mulai menemukan kebebasan dan kedamaian yang lebih mendalam.
Human Paradox muncul kembali di sini, di mana kita harus melepaskan narasi terbatas yang kita ciptakan dan menyerahkan diri pada kebijaksanaan yang lebih tinggi. Ketika kita menyelaraskan kesadaran kita dengan prinsip-prinsip yang lebih tinggi yang datang dari R3, kita mulai bergerak menuju pemahaman yang lebih sejati tentang siapa kita, mengatasi keraguan dan ketakutan yang menghalangi kita untuk melihat kenyataan.
Dengan menyelami kedalaman diri dan membuka kesadaran pada R3, kita memasuki perjalanan yang lebih mendalam tentang pemahaman diri dan keberadaan kita. Ini adalah langkah pertama dalam melepaskan ilusi yang membatasi kita, dan menuju kesadaran sejati yang lebih luas dan lebih dalam. Penjelasan lebih lanjut mengenai kesadaran sejati ini akan kami elaborasi dalam artikel terpisah: “Diripedia #03: Mengungkap Diri Sejati: Perjalanan Menuju Kesadaran Tanpa Batas“.
9. Contoh Konkret dari ‘Penerbangan (Diri)‘
Setelah kita menggali berbagai konsep penerbangan dalam kehidupan, saatnya untuk melihat contoh nyata dari perjalanan hidup yang dapat diibaratkan dengan metafora ini. Dalam banyak aspek kehidupan, kita mengalami dinamika yang serupa dengan proses penerbangan, baik itu dalam perubahan karier, pendidikan, atau hubungan pribadi.
Dengan contoh konkret ini, kita semakin memahami bahwa perjalanan hidup kita memang penuh dengan ketegangan antara potensi dan ketakutan, namun setiap langkah, baik dalam menghadapi turbulensi maupun mencapai tujuan, merupakan bagian penting dari proses yang membentuk siapa kita. Penerbangan (diri) ini mengajarkan kita untuk terus maju meskipun ada ketidakpastian, untuk tetap menjaga keseimbangan, dan untuk mempercayakan perjalanan kita pada kebijaksanaan yang lebih tinggi.
Berikut adalah beberapa contoh yang menggambarkan dinamika penerbangan dalam kehidupan kita:
a). Perubahan Karier atau Pengembangan Diri:
- Persiapan Terbang: Memulai karier baru atau mengejar tujuan besar dalam hidup adalah seperti persiapan untuk lepas landas. Keraguan muncul tentang apakah kita cukup mampu atau layak untuk mencapai tujuan tersebut.
- Turbulensi: Ketika menghadapi tantangan awal, seperti kegagalan atau penolakan, kita merasa ragu. Namun, turbulensi ini adalah bagian dari perjalanan yang harus kita hadapi.
- Autopilot: Setelah beberapa waktu, kita mulai merasa lebih nyaman dan percaya diri dengan langkah-langkah baru. Keputusan dan tindakan pun menjadi lebih otomatis.
- Mendarat: Setelah mencapai tujuan, seperti sukses membuka bisnis atau mendapatkan pekerjaan impian, kita merenung dan mengapresiasi perjalanan yang penuh dengan tantangan dan keraguan.
b). Pendidikan dan Pembelajaran:
- Persiapan Terbang: Memulai pendidikan tinggi atau melanjutkan studi kembali adalah langkah yang penuh ketidakpastian. Keraguan tentang kemampuan atau kesiapan muncul.
- Turbulensi: Di tengah perjalanan belajar, hambatan seperti kesulitan materi, tekanan ujian, dan kecemasan dapat menggoyahkan kita.
- Autopilot: Seiring berjalannya waktu, proses belajar mulai menjadi kebiasaan yang lebih mudah dikelola, dan kita mulai merasa lebih percaya diri.
- Mendarat: Ketika mencapai pencapaian pendidikan, seperti lulus ujian atau mendapatkan gelar, kita merayakan hasil perjalanan yang penuh ketegangan.
c). Hubungan Pribadi:
- Persiapan Terbang: Memulai hubungan baru adalah langkah penuh harapan dan ketakutan. Ada ketakutan akan kegagalan atau ketidakpastian masa depan.
- Turbulensi: Dalam hubungan, sering muncul perbedaan atau konflik yang bisa menguji komitmen kita. Namun, kita harus belajar menghadapi masalah ini dengan komunikasi yang baik.
- Autopilot: Seiring berjalannya waktu, hubungan menjadi lebih stabil dan banyak interaksi yang menjadi rutinitas sehari-hari.
- Mendarat: Mencapai titik stabil dalam hubungan, di mana kita bisa bersama-sama menghadapi tantangan hidup dan berkomitmen pada masa depan.
10. Kesimpulan: Perjalanan Hidup adalah Ibarat Sebuah Penerbangan
Perjalanan hidup kita, sebagaimana digambarkan dalam analogi penerbangan ini, adalah serangkaian tahapan yang penuh dengan ketegangan dan potensi besar. Human Paradox—ketegangan antara potensi kita yang luar biasa untuk berkembang dan ketakutan atau keraguan internal—merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Setiap fase dalam perjalanan hidup, baik saat memulai perjalanan, menghadapi turbulensi, menjalani mode autopilot, atau mendekati tujuan akhir, selalu membawa tantangan yang terkait dengan Human Paradox ini.
Namun, sebagaimana telah kita bahas dalam perjalanan penerbangan, dengan Sang Pencipta yang memberikan arahan dan kebijaksanaan, kita bisa menyikapi setiap fase kehidupan dengan bijaksana. Dalam analogi ini, Sang Pencipta berperan sebagai pengarah yang menuntun kita melewati ketegangan batin, memberikan kita intuisi dan kekuatan untuk terus maju meskipun ketidakpastian seringkali menghadang.
Melalui pengertian tentang Human Paradox, kita belajar untuk menerima bahwa ketakutan dan keraguan adalah bagian alami dari perjalanan kita. Alih-alih berusaha menghindari atau mengabaikannya, kita diajarkan untuk menghadapinya dengan ketenangan, keberanian, dan rasa syukur. Dengan pendekatan ini, kita dapat menjaga keseimbangan antara kemajuan yang kita buat dan ketegangan yang kita rasakan, dan akhirnya melanjutkan perjalanan hidup kita meskipun sering dipenuhi dengan keraguan.
Sebagai bagian dari perjalanan hidup yang lebih luas, kita juga dapat melihat bahwa ‘Menyelami Kedalaman Diri’ adalah langkah penting dalam mencapai kesadaran sejati. Ketika kita menggali lebih dalam ke dalam diri kita, kita akan menyadari bahwa banyak dari narasi yang kita ciptakan adalah ilusi yang menahan kita untuk berkembang lebih jauh. Kesadaran transenden, yang diwakili oleh R3, memberi kita pandangan lebih luas dan lebih dalam tentang siapa kita sebenarnya, membantu kita melangkah melewati Human Paradox menuju pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan hidup kita.
Begitu pula, ketika kita merenungkan contoh konkret dari ‘Penerbangan (Diri)’, kita melihat bahwa setiap aspek kehidupan kita, baik itu perubahan karier, pendidikan, atau hubungan pribadi, mencerminkan dinamika yang sama yang kita temui dalam penerbangan. Ketegangan antara potensi kita dan ketakutan, antara keberanian untuk melangkah dan keraguan yang menghalangi, selalu ada. Namun, dengan keberanian, kesiapsiagaan, dan kepercayaan pada arah yang lebih tinggi, kita bisa menghadapi semua tantangan ini dan menyelesaikan perjalanan dengan lebih kuat dan bijaksana.
Akhirnya, seperti pesawat yang mendarat dengan selamat setelah perjalanan penuh ketegangan, perjalanan hidup kita juga akan membawa kita menuju tujuan yang lebih besar dan bermakna. Kita mungkin akan terus dihadapkan dengan ketakutan dan ketidakpastian, tetapi dengan kepercayaan kepada Sang Pencipta, kita akan selalu menemukan jalan menuju tujuan yang lebih tinggi dan lebih bermakna, membawa kita lebih dekat pada pemahaman diri dan hubungan kita dengan Sang Pencipta.
Human Paradox mengajarkan kita bahwa hidup ini adalah perjalanan penuh ketegangan, tetapi juga penuh dengan potensi untuk tumbuh dan berkembang. Dengan memahami dan menyikapi ketegangan ini dengan bijaksana, kita tidak hanya akan mencapai tujuan hidup kita, tetapi juga akan semakin mendekat pada pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri dan tujuan hidup kita yang lebih tinggi. Sebagai penutup, setiap langkah perjalanan ini adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang, dan pada akhirnya, mendarat dengan keyakinan bahwa perjalanan kita bukan hanya tentang tujuan, tetapi juga tentang cara kita menghadapinya.
Saya persembahkan untuk Ibu, dalam rangka Peringatan “Hari Ibu”, Jakarta, 22 Desember 2024.
_____________________________________
Catatan Hak Kekayaan Intelektual (IPR):
©Diripedia, termasuk tetapi tidak terbatas pada ©Trialisme-Diripedia, Konsep “of Things” yang terdiri dari ©SoT, ©UoT, ©DoT dan kodifikasi Ranah-Realitas R1, R2, R2A,R2B, R2C, R3, serta peristilahan ©psikani, ©Humaniah dan ©Human-Paradox adalah IPR yang digagas dan dikembangkan oleh NioD-Indonesia untuk kepentingan kita semua. Istilah dan konsep ini dilindungi hak cipta dan dapat digunakan untuk tujuan non-komersial dengan mencantumkan sumber asli. Untuk kerjasama lebih lanjut, silakan hubungi NioD-Indonesia di admin@diripedia.org atau luluksumiarso@gmail.com.