Diripedia Online

Sistem Kehidupan Manusia dalam Diripedia (The Selfnet of Things – SoT)

Oleh :
Luluk Sumiarso
Pendiri dan Ketua NioD-Indonesia
(The Nusantara Insitute of Diripedia)

Abstract:

The concept of “Selfnet of Things” (SoT), also known as the System of Human Life (SKM), provides a comprehensive framework for understanding individuals as integrated and complex systems. Drawing inspiration from the Internet of Things (IoT), SoT conceptualizes the interactions between the physical (Raga), mental (Jiwa), and spiritual (Sukma) dimensions of human existence. This essay explores the foundational elements of SoT, focusing on how inputs, processes, and outputs shape an individual’s experience and overall well-being. It examines the relevant laws governing each dimension, such as the Law of Gravitation for physicality, the Law of Psychology for mental aspects, and the Law of Attraction for spirituality. Additionally, the practical manifestations of SoT in daily life are discussed, illustrating how effective management of these dimensions can lead to optimal well-being and personal fulfillment. By providing a holistic view of human life, SoT offers a systematic approach for individuals to achieve balance and fulfillment across their physical, mental, and spiritual domains.

1. Matriks Diripedia

Dalam kajian sebelumnya mengenai Diripedia, telah dijelaskan berbagai sudut pandang yang memberikan pemahaman komprehensif tentang manusia dari berbagai perspektif, termasuk biologis, psikologis, sosial-budaya, filosofis, dan spiritual. Untuk mengklasifikasikan dan memahami berbagai elemen yang membentuk diri manusia secara lebih sistematik, telah dikembangkan konsep Taksonomi Diri Manusia (TDM).

Dalam konteks DIRIPEDIA, manusia dipahami melalui integrasi tiga elemen diri yang utama, yaitu:

  • Raga (Jasmani)Berfokus pada kesehatan tubuh dan kebugaran fisik, mencakup segala sesuatu yang dapat diobservasi dan diukur secara fisik.
  • Jiwa (Psikani)Menyentuh aspek mental dan emosional, melibatkan pikiran, perasaan, dan kesadaran diri. Ini mencakup pengembangan mental yang sehat dan pengelolaan emosi.
  • Sukma (Rohani)Berkaitan dengan nilai-nilai spiritual, intuisi, dan pengalaman transendental. Ini melibatkan pencarian makna hidup dan koneksi dengan sesuatu yang lebih tinggi.

Selain mengenali unsur atau elemen diri, kita perlu mengetahui tentang parameter untuk masing-masing unsur atau elemen diri tersebut, yaitu:

Matriks Diripedia menggambarkan struktur yang menghubungkan berbagai elemen diri beserta paramneternya masing-masing  membentuk apa yang dikenal sebagai “Matriks Elemen Diri Manusia.” Matriks ini terdiri dari tiga kolom utama yang mencerminkan Elemen  Diri— Raga (Realitas Objektif, Jiwa (Realitas Subjektif), dan Sukma (Realitas Transenden)  dengan rincian parameter sebagai baris:

Berikut adalah “Matriks Elemen Diri Manusia” yang terdiri dari tiga kolom elemen diri (Raga, Jiwa, Sukma) dengan rincian parameter untuk masing-masing elemen diri :

 

Parameter Raga (Realitas Objektif – R1) Jiwa (Realitas Subjektif – R2) Sukma (Realitas Transenden – R3)
Ranah Diri R1 R2 R3
Realitas Diri Objektif Subjektif Transenden
Aspek Diri Fisikal Mental Spiritual
Tema Diri Fisikalitas Mentalitas Spiritualitas
Wujud Diri Jasmani Psikani (Jasmani Halus) Rohani
Alam Diri Badan Pikiran Kesejatian
Dunia Diri Nyata Maya Meta
Hukum yang Mengatur Fisika Psikologi Metafisika

 Berikut adalah penjelasan detail dari setiap komponen Matriks Diripedia:

 Ranah Diri: Menunjukkan tingkat atau lapisan eksistensi yang sesuai dengan masing-masing realitas (R1, R2, R3). Ranah ini menggambarkan bagaimana individu berada dalam kerangka fisikal, mental, dan spiritual.

  • Elemen Diri: Mengacu pada elemen utama dari diri manusia yang berfungsi dalam setiap realitas. Raga (R1) mencakup aspek fisik, Jiwa (R2) mencakup aspek mental dan emosional, dan Sukma (R3) mencakup dimensi spiritual.
  • Realitas Diri: Menggambarkan jenis realitas yang sesuai dengan masing-masing ranah (Objektif untuk Raga, Subjektif untuk Jiwa, Transenden untuk Sukma).
  • Aspek Diri: Menunjukkan dimensi dari diri yang terkait dengan setiap realitas. Ini meliputi fisikal (Raga), mental/emosional (Jiwa), dan spiritual (Sukma).
  • Tema Diri: Menggambarkan fokus atau tema yang dihadapi dalam setiap realitas. Ini termasuk fisikalitas (Raga), mentalitas/emosionalitas (Jiwa), dan spiritualitas (Sukma).
  • Wujud Diri: Menggambarkan bentuk atau eksistensi dalam setiap realitas. Jasmani (Raga), Psikani (Jiwa), dan Rohani (Sukma) menunjukkan bagaimana eksistensi terlihat dari perspektif fisikal, mental, dan spiritual.
  • Alam Diri: Menggambarkan ruang atau konteks pengalaman dalam setiap realitas. Ini mencakup Badan (Raga), Pikiran (Jiwa), dan Kesejatian (Sukma).
  • Dunia Diri: Menunjukkan dunia atau ranah di mana pengalaman terjadi dalam setiap realitas. Dunia ini meliputi Nyata (Raga), Maya (Jiwa), dan Meta (Sukma).
  • Hukum yang Mengatur: Menunjukkan jenis hukum yang mengatur setiap realitas. Fisika mengatur aspek fisikal (Raga), Psikologi mengatur aspek mental (Jiwa), dan Metafisika mengatur aspek spiritual (Sukma).

Dengan memahami hukum-hukum yang mengatur setiap realitas, serta bagaimana elemen-elemen ini saling berinteraksi dalam Matriks Diripedia, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana sistem kehidupan manusia bekerja secara holistik. Matriks ini membantu kita dalam mengidentifikasi dan menganalisis berbagai aspek kehidupan secara terintegrasi, sehingga memungkinkan pemahaman dan pengelolaan diri yang lebih baik dalam konteks fisikal, mental, dan spiritual.

2. Filsafat Trialisme Diripedia

Filsafat Trialisme Diripedia, yang dikembangkan oleh NIoD-Indonesia (The Nusantara Institute of Diripedia), menawarkan sebuah pandangan holistik tentang diri manusia melalui konsep yang membagi eksistensi manusia ke dalam tiga realitas utama: Raga (Realitas Objektif), Jiwa (Realitas Subjektif), dan Sukma (Realitas Transenden). Filsafat ini menyediakan kerangka kerja untuk memahami bagaimana ketiga elemen tersebut saling berinteraksi dan membentuk pengalaman hidup manusia secara menyeluruh.

Istilah “Trialisme” berasal dari kata Latin “tria,” yang berarti tiga, dan akhiran “-isme,” yang menunjukkan sebuah doktrin atau sistem pemikiran. Dalam konteks Diripedia, Trialisme mengacu pada pemahaman diri manusia yang dibagi menjadi tiga elemen utama, sebagai berikut:

  • Raga (R1 – Realitas Objektif): Raga mewakili aspek fisik dari diri manusia, yang mencakup tubuh dan dunia material yang dapat diukur dan diamati. Realitas ini melibatkan segala sesuatu yang terkait dengan kesehatan, kebutuhan biologis, dan kondisi fisik secara keseluruhan. Dalam Sistem Kehidupan Manusia (SKM), Raga dianggap sebagai fondasi sistem yang mempengaruhi bagaimana individu merespons berbagai tantangan dan stimulus lingkungan. Aspek ini mencakup keseimbangan energi, kesehatan fisik, dan kebutuhan fisiologis yang diperlukan untuk keberlangsungan hidup.
  • Jiwa (R2 – Realitas Subjektif): Jiwa mencakup aspek mental dan emosional dari individu, termasuk pikiran, perasaan, dan persepsi subjektif. Realitas ini melibatkan bagaimana individu mengelola dan merespons pengalaman psikologis serta keadaan emosional mereka. Jiwa berfungsi sebagai penghubung antara kondisi fisik dan spiritual, mempengaruhi cara individu mengatasi stres, beradaptasi dengan perubahan, dan mengelola hubungan interpersonal. Dalam SKM, Jiwa memainkan peran kunci dalam memproses dan menafsirkan input dari Raga, serta dalam membentuk respons emosional dan kognitif terhadap berbagai stimulus.
  • Sukma (R3 – Realitas Transenden): Sukma merujuk pada aspek spiritual dari individu, yang berkaitan dengan makna, keyakinan, dan hubungan dengan dimensi transenden atau ilahi. Realitas ini melibatkan nilai-nilai, tujuan hidup, dan aspirasi spiritual, serta memberikan makna dan arah dalam hidup. Sukma membantu individu menghubungkan diri mereka dengan sesuatu yang lebih besar daripada diri mereka sendiri, termasuk pencarian makna hidup dan pemahaman tentang eksistensi dalam konteks spiritual yang lebih luas. Dalam SKM, Sukma mencakup pencarian makna hidup, pemahaman tentang eksistensi, dan hubungan dengan dimensi spiritual yang lebih luas.
  • Integrasi Raga, Jiwa, dan Sukma dalam SKM: Filsafat Trialisme Diripedia menekankan pentingnya integrasi ketiga elemen ini dalam sebuah sistem yang dinamis dan terintegrasi. Setiap elemen saling mempengaruhi dan berinteraksi, membentuk pengalaman hidup manusia secara menyeluruh. Raga menyediakan dasar fisik yang mempengaruhi kesejahteraan dan respons individu terhadap lingkungan. Jiwa menghubungkan pengalaman fisik dengan proses mental dan emosional, memungkinkan individu untuk mengelola dan merespons tantangan secara efektif. Sukma memberikan makna dan arah, membimbing individu dalam pencarian tujuan hidup dan hubungan spiritual. Integrasi yang harmonis dari ketiga elemen ini mendukung pencapaian keseimbangan dan pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari, mengarah pada kesejahteraan holistik dan perkembangan diri yang optimal.

3. Konsep Sistem Kehidupan Manusia (SKM)

Sistem Kehidupan Manusia (SKM) merupakan sebuah konsep holistik yang mengintegrasikan Filsafat Trialisme Diripedia dalam memahami kehidupan manusia. SKM didasarkan pada taksonomi diri manusia yang mencakup tiga eksistensi utama: Raga (Realitas Objektif – R1), Jiwa (Realitas Subjektif – R2), dan Sukma (Realitas Transenden – R3). Ketiga ranah ini membentuk tatanan kesisteman yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia dari lahir hingga mati. Dengan pendekatan holistik, SKM memberikan kerangka kerja untuk memahami dan mengelola kehidupan manusia sebagai sebuah jaringan terintegrasi.

Diripedia, sebagai inti dari NIoD, bertujuan untuk mengharmonisasikan pengetahuan tentang ketiga aspek ini dalam sebuah sistem yang menyeluruh. Melalui pemahaman yang mendalam mengenai Raga, Jiwa, dan Sukma serta parameter terkaitnya, SKM berupaya mencapai Manusia Paripurna. Konsep ini menekankan pentingnya keseimbangan dan harmonisasi antara aspek fisik, mental, dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk membahas Sistem Kehidupan Manusia (SKM) secara komprehensif, penting untuk mendalami tiga eksistensi utama yang mencakup Raga, Jiwa, dan Sukma. Masing-masing eksistensi ini melibatkan dimensi-dimensi tertentu yang menjelaskan aspek spesifik dari kehidupan manusia. Berikut adalah penjelasan mendetail tentang setiap eksistensi:

Raga: “Alam Badan, Alam Sensasi, dan Alam Tindakan”

  • Alam Badan atau Dimensi Fisik dan Biologis: Alam Badan mencakup aspek fisik dan biologis dari diri manusia, meliputi semua yang berkaitan dengan tubuh secara material. Ini termasuk anatomi, fisiologi, serta proses biologis yang memastikan kelangsungan hidup manusia. Alam Badan berfungsi sebagai dasar bagi interaksi dengan dunia fisik, melalui organ tubuh, sistem saraf, dan jaringan yang mendukung fungsi tubuh secara keseluruhan.
  • Alam Sensasi atau Persepsi Sensorik dan Pengalaman Fisik: Alam Sensasi melibatkan proses sensorik di mana tubuh merespons rangsangan dari lingkungan sekitarnya. Ini mencakup pancaindra—penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba—yang mengumpulkan informasi dari dunia luar. Alam Sensasi memungkinkan manusia merasakan dan memahami lingkungan sekitar, serta menyediakan data yang diproses oleh pikiran dan emosi.
  • Alam Tindakan atau Aktivitas Fisik dan Gerakan Tubuh: Alam Tindakan mencakup semua aktivitas fisik dan gerakan tubuh manusia. Ini meliputi cara tubuh merespons rangsangan dan beradaptasi dengan berbagai situasi melalui gerakan dan tindakan fisik. Alam Tindakan berperan penting dalam bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungan dan melaksanakan berbagai aktivitas sehari-hari.

Jiwa: “Alam Pikiran, Alam Emosi, dan Alam Kesejahteraan”

  • Alam Pikiran atau Proses Kognitif dan Persepsi: Alam Pikiran mencakup proses kognitif seperti pemikiran, memori, dan pemahaman. Ini melibatkan bagaimana individu memproses informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Alam Pikiran berperan dalam pembentukan pandangan dunia dan cara individu memahami pengalaman mereka.
  • Alam Emosi atau Perasaan dan Respons Emosional: Alam Emosi melibatkan perasaan dan respons emosional terhadap berbagai situasi dan pengalaman. Ini mencakup bagaimana individu merasakan dan menanggapi emosi seperti kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, dan kecemasan. Alam Emosi berfungsi dalam membentuk kesejahteraan mental dan hubungan interpersonal.
  • Alam Kesejahteraan atau Kesehatan Mental dan Keseimbangan Emosional: Alam Kesejahteraan mencakup aspek kesehatan mental dan keseimbangan emosional. Ini melibatkan cara individu mengelola stres, beradaptasi dengan perubahan, dan mencapai keseimbangan dalam kehidupan mereka. Alam Kesejahteraan berperan penting dalam keseluruhan kualitas hidup dan kepuasan pribadi.

Sukma: “Alam Spiritual, Alam Makna, dan Alam Aspirasi”

  • Alam Spiritual atau Hubungan dengan Dimensi Transenden: Alam Spiritual mencakup hubungan individu dengan dimensi transenden atau ilahi. Ini melibatkan pencarian makna hidup, nilai-nilai, dan keyakinan yang membentuk dasar spiritualitas individu. Alam Spiritual berfungsi dalam memberikan arah dan tujuan dalam kehidupan.
  • Alam Makna atau Pemahaman dan Pencarian Makna: Alam Makna melibatkan bagaimana individu mencari dan memahami makna dalam hidup mereka. Ini mencakup refleksi tentang tujuan hidup, nilai-nilai, dan tujuan akhir yang mendalam. Alam Makna berperan dalam memotivasi dan membimbing individu menuju pencapaian yang lebih besar.
  • Alam Aspirasi atau Tujuan dan Harapan Spiritual: Alam Aspirasi mencakup tujuan dan harapan spiritual yang membimbing individu dalam perjalanan hidup mereka. Ini melibatkan aspirasi untuk mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi dan terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Alam Aspirasi berfungsi dalam mendorong individu untuk mengejar pertumbuhan dan pencapaian spiritual.

Dengan memahami dan mengintegrasikan ketiga eksistensi ini—Raga, Jiwa, dan Sukma—dalam kerangka Sistem Kehidupan Manusia, individu dapat mencapai keseimbangan dan harmoni yang diperlukan untuk hidup yang lebih sehat, memuaskan, dan bermakna.

4. Kaitan Teknologi 5.0 dengan Kehidupan Manusia

Dalam era peradaban yang berkembang pesat saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari setiap aspek kehidupan manusia. Untuk benar-benar memahami dinamika kehidupan modern dan meramalkan masa depan, penting bagi kita untuk mengenali dan memahami evolusi teknologi dari fase awal hingga saat ini. Evolusi teknologi tidak hanya mempengaruhi cara kita bekerja, berkomunikasi, dan berinteraksi, tetapi juga membentuk struktur sosial, ekonomi, dan budaya kita, yang pada gilirannya membentuk peradaban manusia.

Tatanan kehidupan manusia tidak terlepas dari perkembangan teknologi, yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dari Teknologi 0.0 hingga Teknologi 5.0, kemajuan luar biasa dalam teknologi telah meningkatkan kualitas hidup manusia, namun juga membawa dampak negatif yang signifikan. Untuk memanfaatkan teknologi secara efektif, penting untuk memahami dan mengelola kedua aspek ini dengan bijaksana. Pendidikan, regulasi, desain humanistik, dan kolaborasi menjadi kunci untuk memaksimalkan manfaat teknologi sambil meminimalkan dampak buruknya. Dengan memanfaatkan nilai-nilai spiritual, ajaran agama, dan kearifan lokal, kita dapat memperkuat upaya mitigasi dan memastikan bahwa teknologi berkontribusi pada pembangunan peradaban yang lebih baik, inklusif, dan berkelanjutan.

Memahami perjalanan evolusi teknologi dari Teknologi 0.0 hingga Teknologi 5.0 memungkinkan kita untuk lebih siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang dibawa oleh Teknologi 6.0. Pengetahuan ini membantu kita membangun masa depan yang lebih baik, berkelanjutan, dan harmonis antara teknologi dan kehidupan manusia.

Pentingnya memahami evolusi teknologi terletak pada pemberian konteks sejarah yang diperlukan untuk memahami perkembangan masyarakat. Dari fase awal, Teknologi 0.0, yang melibatkan alat-alat sederhana, hingga saat ini, Teknologi 5.0, yang menekankan integrasi humanistik, setiap fase membawa perubahan besar dalam cara kita hidup dan berinteraksi. Memahami evolusi ini membantu kita melihat bagaimana teknologi mempengaruhi struktur sosial dan pola kehidupan manusia dari waktu ke waktu.

Setiap fase teknologi membawa dampak positif dan negatif yang berbeda. Sebagai contoh, teknologi big data dan Internet of Things (Teknologi 3.0) mengubah cara kita mengumpulkan dan menganalisis informasi, sementara otomatisasi dan Artificial Intellegence – AI atau Kecerdasan Buatan (Teknologi 4.0) mempengaruhi tenaga kerja.

Dengan memahami perkembangan ini, kita dapat mengidentifikasi manfaat yang telah diperoleh dan tantangan yang dihadapi. Pengetahuan tentang sejarah teknologi membantu kita merumuskan strategi untuk memanfaatkan teknologi secara efektif dan mengatasi dampak negatifnya. Seiring dengan perkembangan teknologi yang terus berlanjut dan tantangan baru yang muncul, memahami perjalanan teknologi memungkinkan kita untuk beradaptasi dan berinovasi dengan lebih baik, sehingga memajukan kesejahteraan dan keberlanjutan dalam kehidupan manusia.

Mengapa memahami evolusi teknologi penting dalam konteks kehidupan manusia?

Memahami evolusi teknologi memberikan konteks sejarah yang diperlukan untuk mengetahui bagaimana masyarakat telah berkembang. Dari fase awal (Teknologi 0.0) yang melibatkan alat-alat sederhana, hingga saat ini (Teknologi 5.0) yang mengedepankan integrasi humanistik, setiap fase membawa perubahan besar dalam cara kita hidup dan berinteraksi. Ini membantu kita melihat bagaimana teknologi mempengaruhi struktur sosial dan pola kehidupan manusia dari waktu ke waktu.

Setiap fase teknologi membawa dampak positif dan negatif yang berbeda. Dengan memahami perkembangan ini, kita dapat mengidentifikasi manfaat yang telah diperoleh serta tantangan yang dihadapi. Mengetahui sejarah ini membantu kita merumuskan strategi untuk memanfaatkan teknologi secara efektif dan mengatasi dampak negatifnya. Seiring berjalannya waktu, teknologi terus berkembang dan menghadapi tantangan baru, sehingga pemahaman tentang perjalanan teknologi memungkinkan kita untuk beradaptasi dan berinovasi dengan lebih baik.

5. Konsep Selfnet of Things (SoT)

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi yang disruptif, konsep Selfnet of Things (SoT) telah dikembangkan untuk memudahkan analisis dan pengelolaan kehidupan manusia secara terstruktur. Terinspirasi oleh prinsip dasar Internet of Things (IoT), di mana perangkat cerdas saling terhubung untuk membentuk jaringan yang harmonis, SoT menerapkan prinsip serupa pada kehidupan manusia. Dalam kerangka SoT, individu dipandang sebagai sistem terintegrasi yang terdiri dari Raga, Jiwa, dan Sukma, yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.

SoT, sebagai bagian dari Sistem Kehidupan Manusia (SKM), menyediakan kerangka kerja untuk memahami interaksi ketiga ranah ini dalam sebuah sistem holistik. Pendekatan ini memungkinkan individu untuk melihat kehidupan mereka secara keseluruhan dan mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam mengelola berbagai aspek kehidupan. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip sistematik dari SoT, individu dapat mencapai kesejahteraan dan pencapaian pribadi yang lebih baik, serta mengoptimalkan potensi mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks SoT, ketiga realitas diri—Raga, Jiwa, dan Sukma—tidak bekerja secara terpisah, melainkan saling terhubung dan berinteraksi secara dinamis untuk membentuk Realitas Kehidupan Manusia (RM) yang holistik. Setiap tindakan atau keputusan manusia merupakan hasil integrasi antara input dari R1 (Alam Badan), pemrosesan dalam R2 (Alam Pikiran), dan inspirasi atau dorongan dari R3 (Alam Kesejatian). Sistem ini berfungsi dalam harmoni kompleks, mirip dengan jaringan IoT yang menggabungkan berbagai perangkat untuk mencapai tujuan tertentu.

  • R1 sebagai Penghubung Realitas Fisik dan Kesehatan Jasmani: Alam Badan merupakan titik awal dari semua tindakan manusia. Sebagai perangkat keras dari diri manusia, tubuh menyerap informasi dari dunia luar melalui panca indera. Fungsi-fungsi fisiologis ini tidak hanya menopang kehidupan manusia tetapi juga menjadi dasar untuk aktivitas mental dan spiritual, yang mendukung keseimbangan dalam Realitas Kehidupan Manusia.
  • R2 sebagai Mesin Pemroses Realitas Pikiran dan Emosi: Alam Pikiran berfungsi sebagai mesin pemroses yang menerjemahkan rangsangan fisik dan lingkungan menjadi pengalaman subjektif. Di sini, emosi, pikiran, dan kehendak manusia terbentuk. Sistem ini bekerja secara dinamis, mempengaruhi, dan dipengaruhi oleh kondisi fisik (R1) serta spiritual (R3). Pengolahan informasi di Alam Pikiran memainkan peran kunci dalam membentuk persepsi dan respons emosional.
  • R3 sebagai Sumber Inspirasi dan Dorongan Spiritual: Alam Kesejatian berfungsi sebagai sumber inspirasi dan dorongan yang memberi makna dan tujuan pada kehidupan manusia. Aspek spiritual ini mencakup nilai-nilai, tujuan hidup, dan aspirasi yang memandu tindakan dan keputusan individu. Interaksi dengan R1 dan R2 memastikan bahwa dorongan dan makna spiritual diintegrasikan secara efektif ke dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep SoT ini menekankan bahwa pengelolaan kehidupan manusia memerlukan perhatian terhadap integrasi dan harmoni antara Raga, Jiwa, dan Sukma. Dengan pendekatan ini, individu dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik dan memahami bagaimana ketiga ranah ini saling mempengaruhi dalam membentuk pengalaman hidup mereka.

  Jakarta, 28 Agustus 2024.

           ooooo000ooooooo

https://diripedia.org

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*