Diripedia Online

DIRIPEDIA: Diri Manusia dalam Perspektif Budaya dan Teknologi 5.0

1. Pendahuluan

DIRIPEDIA adalah pengetahuan holistik dan menyatu tentang diri manusia (Raga, Jiwa, Sukma) yang digali dari Ilmu Leluhur Nusantara untuk menjadi manusia paripurna, yaitu insan dengan raga yang bugar, jiwa yang tegar, dan sukma yang sadar akan jati dirinya. Dalam era globalisasi dan percepatan teknologi yang pesat dan disruptif, pemahaman mendalam terhadap Taksonomi Sistem Budaya menjadi krusial untuk membangun peradaban yang inklusif, berkelanjutan, dan adaptif.

DIRIPEDIA memperkenalkan konsep yang mengubah paradigma tentang peran Diri Manusia dalam evolusi budaya. Sebagai panduan holistik, DIRIPEDIA menekankan pentingnya memandang manusia tidak hanya sebagai pengguna teknologi, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai luhur dalam membangun masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Budaya 5.0 yang diusulkan oleh NIoD-Indonesia bukan sekadar integrasi teknologi canggih, tetapi juga harmonisasi dengan kearifan lokal untuk mencapai “The Holistic Advanced Society”. Perbandingan dengan konsep Society 5.0 yang dipromosikan oleh Jepang menjadi penting, mengilustrasikan berbagai pendekatan dalam memanfaatkan teknologi AI dan IoT untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan berkelanjutan.

Melalui tulisan ini, kita akan menjelajahi bagaimana Budaya 5.0 dan Teknologi 5.0 membawa manusia menuju Peradaban 6.0, sebuah langkah evolusi yang menggabungkan inovasi teknologi dengan kedalaman spiritual dan kearifan budaya untuk masa depan yang lebih baik.

2. Sistem Budaya

DIRIPEDIA mendukung pengembangan kekayaan budaya sebagai aset penting dalam membangun masa depan yang harmonis dan berkelanjutan bagi umat manusia. DIRIPEDIA menjelaskan peran individu sebagai pelaku utama dalam menciptakan, memelihara, dan mengubah budaya. NIoD mengembangkan tujuh elemen budaya menurut Prof. Koentjaraningrat menjadi Sistem Budaya, dengan Taksonomi Sistem Budaya (TSB) yang merangkum kompleksitas dan dinamika budaya manusia melalui nilai-nilai, tatanan budaya, perangkat budaya, dan peran Diri Manusia. Konsep ini relevan dalam memahami warisan budaya tradisional dan penting dalam membentuk masa depan budaya yang berkelanjutan dan adaptif di era modern yang didominasi oleh Teknologi 5.0 dan Budaya 5.0.

Taksonomi Sistem Budaya (TSB) adalah kerangka konseptual yang diperkenalkan oleh DIRIPEDIA untuk memahami struktur dan dinamika budaya dalam masyarakat. Konsep ini mengidentifikasi empat unsur utama yang saling terkait dan saling mempengaruhi, mencakup nilai-nilai budaya, tatanan budaya, perangkat budaya, dan peran sentral dari Diri Manusia. Proses interaksi antara unsur-unsur budaya ini di dalam TSB menghasilkan peradaban (civilization).

  • Nilai-nilai Budaya: Prinsip moral, etika, dan kearifan lokal yang mengatur perilaku individu dan interaksi sosial dalam masyarakat. Contoh nilai-nilai budaya meliputi kejujuran, solidaritas, rasa hormat terhadap tradisi, dan tanggung jawab terhadap lingkungan.
  • Tatanan Budaya: Struktur sosial dan ekonomi yang membentuk kerangka kerja masyarakat. Tatanan budaya terbagi menjadi Tatanan Ekonomi/Perekonomian dan Tatanan Sosial/Society.
  • Perangkat Budaya: Alat-alat intelektual dan kreatif yang digunakan masyarakat untuk mengembangkan pengetahuan, memperluas ekspresi budaya, dan memenuhi kebutuhan praktis. Perangkat budaya terdiri dari Sains dan Teknologi, Bahasa, dan Seni (Aspek Keindahan).
  • Diri Manusia:  Sebagai pelaku/aktor utama proses budaya.

Interaksi kompleks antara nilai-nilai budaya, tatanan budaya, perangkat budaya, dan diri manusia sebagai pelaku utama menghasilkan dinamika pembentukan peradaban (civilization). Teknologi 5.0, yang merupakan unsur dominan dalam TSB saat ini, secara signifikan mempengaruhi transformasi budaya menuju Budaya 5.0 atau The Holistic Advanced Society. Teknologi 5.0 tidak hanya mengubah cara kita berkomunikasi dan bekerja, tetapi juga mendefinisikan ulang nilai-nilai, tatanan sosial, dan ekonomi dalam masyarakat global.

Dalam konteks Budaya 5.0 dan peradaban yang menuju Peradaban 6.0, TDM menjadi fondasi yang krusial. TDM memandang manusia sebagai agen aktif dalam membentuk budaya yang mencakup nilai-nilai universal serta adaptasi lokal. Dengan memahami TDM secara holistik, kita dapat mengoptimalkan potensi manusia dalam menghadapi tantangan global seperti revolusi industri keempat dan integrasi teknologi canggih dalam kehidupan sehari-hari. Ini membuka jalan bagi transformasi menuju “The Holistic Advanced Society” yang diharapkan oleh Budaya 5.0, di mana teknologi tidak hanya menjadi alat, tetapi juga cermin dari kesadaran spiritual dan kearifan budaya dalam setiap langkah peradaban manusia.

 

3. Taksonomi Diri Manusia

Diri manusia, menurut DIRIPEDIA, terdiri dari elemen Raga (aspek fisikal – Realitas Objektif/R1), Jiwa (aspek mental dan emosional – Realitas Subjektif/R2), dan Sukma (aspek spiritual – Realitas Transenden/R3) serta pemahaman dan refleksi atas nilai-nilai budaya yang dianutnya. Taksonomi Diri Manusia (TDM) adalah upaya untuk menelusuri dimensi-dimensi esensial dari manusia, yang mencakup aspek fisik, mental, dan spiritual individu. Dalam pandangan DIRIPEDIA, TDM menyajikan pandangan holistik tentang manusia sebagai entitas biologis dan sebagai makhluk yang memiliki kedalaman spiritual dan mental yang mempengaruhi interaksi dan perkembangan dalam masyarakat.

Dengan memahami esensi ini, kita dapat menghadapi perubahan budaya dengan lebih bijaksana, mengintegrasikan nilai-nilai luhur dengan kemajuan teknologi dalam upaya menciptakan masyarakat yang harmonis dan berkelanjutan. TDM juga mengajarkan kita bahwa identitas manusia tidak terlepas dari konteks budaya yang terus berubah, di mana setiap individu memiliki peran penting dalam memelihara dan mengembangkan warisan budaya untuk masa depan yang lebih baik.

 4. Evolusi Budaya seiring Perkembangan Teknologi 1.0 hingga Teknologi 5.0

Perkembangan teknologi telah mengubah wajah peradaban manusia secara mendalam sepanjang sejarah. Dari awal hingga saat ini, evolusi budaya manusia selalu berjalan seiring dengan kemajuan teknologi, mencerminkan bagaimana teknologi tidak hanya mempengaruhi cara kita hidup, tetapi juga nilai-nilai, interaksi sosial, dan pandangan dunia kita. Evolusi budaya seiring dengan perkembangan teknologi dari Era 1.0 hingga 5.0 mencerminkan adaptasi manusia terhadap perubahan teknologi yang cepat. Budaya tidak hanya sebagai produk dari teknologi, tetapi juga sebagai medan tempur di mana nilai-nilai, keyakinan, dan identitas manusia diuji dan diubah oleh perubahan teknologi. Di Era 5.0, tantangan bagi budaya manusia adalah menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dengan nilai-nilai manusia yang mendasar seperti etika, keadilan, dan kemanusiaan.

Evolusi budaya sepanjang sejarah manusia telah menggambarkan bagaimana teknologi membentuk, mempengaruhi, dan mengubah cara kita hidup. Dari alat batu primitif hingga kecerdasan buatan yang kompleks, budaya manusia telah bertransformasi untuk menyesuaikan diri dengan teknologi baru yang muncul. Di era Teknologi 5.0, tantangan untuk menjaga integritas budaya dan nilai-nilai manusia tetap relevan dalam masyarakat yang semakin terhubung secara digital menjadi semakin mendesak. Dengan pemahaman yang dalam akan sejarah evolusi budaya dan pengaruh teknologi, kita dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan dengan bijak, memastikan bahwa perkembangan teknologi selalu berdampak positif bagi kehidupan manusia secara keseluruhan.

Budaya 1.0 – Awal Kehadiran Teknologi dalam Budaya, ditandai dengan revolusi pertama dalam teknologi: penemuan alat sederhana seperti batu, kayu, dan tulang yang digunakan untuk berburu, bertahan hidup, dan membangun peradaban awal. Budaya pada masa ini sangat terkait erat dengan cara manusia mengatasi tantangan alam dan bertahan hidup di lingkungan yang keras.

Budaya 2.0 – Revolusi Pertanian dan Peradaban Awal, adanya kemunculan pertanian membawa perubahan dramatis dalam budaya manusia. Teknologi pertanian seperti alat bajak dan irigasi memungkinkan manusia untuk menetap secara permanen, membentuk komunitas yang lebih besar, dan mengembangkan sistem sosial yang kompleks. Budaya mulai berkembang di sekitar upaya pertanian, perdagangan, dan kehidupan kota.

Budaya 3.0 – Revolusi Industri dan Modernisasi, yang dimulai dengan Revolusi Industri, membawa transformasi besar dalam budaya manusia. Teknologi seperti mesin uap, produksi massal, dan transportasi mekanis mengubah ekonomi, sosial, dan politik global. Budaya modern berkembang dengan pesat, termasuk urbanisasi, kesetaraan gender yang semakin besar, dan globalisasi budaya melalui media baru seperti koran, radio, dan film.

Budaya 4.0 – Revolusi Digital dan Era Informasi, revolusi digital mengubah cara kita berinteraksi, bekerja, dan hidup secara keseluruhan. Teknologi komputer, internet, dan komunikasi digital memungkinkan akses instan terhadap informasi global, menghubungkan orang dari berbagai belahan dunia, dan menciptakan platform baru untuk ekspresi budaya seperti media sosial, streaming musik, dan video.

Budaya 5.0 – The Holistic Advance Society dan Tantangan Baru. Saat ini, kita berada di ambang Era 5.0 yang ditandai dengan integrasi yang semakin dalam antara teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), teknologi bio, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang terus maju. Perkembangan ini membawa tantangan baru terhadap budaya manusia, menghadirkan dilema moral, pengaruh sosial yang kompleks, dan pertanyaan etis yang mendalam.

5. Spiritualitas 5.0 (Digi-Spirituality): Inisiatif NIoD-Indonesia menghadapi Teknologi 5.0

Saat ini, kita berada di era Teknologi 5.0, di mana kecerdasan buatan (AI), komputasi kuantum, dan Internet of Things (IoT) mengubah segala aspek kehidupan manusia. Teknologi-teknologi canggih ini menawarkan berbagai peluang dan tantangan baru yang memerlukan pendekatan inovatif untuk dimanfaatkan secara maksimal. Jepang, sebagai salah satu negara dengan tingkat inovasi teknologi yang tinggi, telah mengusung konsep Society 5.0 untuk menghadapi transformasi ini dengan tujuan menciptakan masyarakat yang super cerdas dan berkelanjutan.

AI memungkinkan analisis data yang kompleks dan otomatisasi yang lebih canggih dalam berbagai bidang, dari manajemen kota hingga perawatan kesehatan dan kecerdasan transportasi. Dengan kemampuan untuk memproses dan menganalisis sejumlah besar data secara real-time, AI dapat memberikan wawasan yang lebih dalam dan prediksi yang lebih akurat, yang pada gilirannya meningkatkan efisiensi dan efektivitas berbagai sistem dan layanan. Misalnya, dalam manajemen kota, AI dapat digunakan untuk mengoptimalkan lalu lintas, mengelola sumber daya energi, dan meningkatkan keamanan publik. Dalam perawatan kesehatan, AI dapat membantu diagnosis penyakit lebih awal dan lebih akurat, serta personalisasi pengobatan untuk setiap individu.

Komputasi kuantum menawarkan potensi untuk memecahkan masalah yang terlalu rumit bagi komputer klasik. Dengan kemampuan komputasi yang jauh melampaui komputer tradisional, komputasi kuantum dapat menyelesaikan perhitungan kompleks dalam waktu yang jauh lebih singkat. Hal ini membuka peluang baru dalam berbagai bidang, termasuk riset ilmiah, pengembangan obat, dan optimasi logistik. Potensi ini sangat penting untuk menangani tantangan global yang kompleks, seperti perubahan iklim, krisis energi, dan penyakit yang sulit diobati.

IoT menghubungkan perangkat-perangkat dalam jaringan yang cerdas, memungkinkan integrasi dan pengelolaan yang lebih efisien dari sistem-sistem kompleks. Dengan IoT, berbagai perangkat dapat berkomunikasi dan bertukar data secara otomatis, menciptakan sistem yang lebih responsif dan adaptif. Dalam konteks rumah pintar, IoT memungkinkan pengelolaan energi yang lebih efisien, keamanan yang lebih baik, dan kenyamanan yang lebih tinggi bagi penghuninya. Di sektor industri, IoT dapat meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi downtime, dan meminimalkan risiko kesalahan manusia.

Dalam menghadapi era Teknologi 5.0, Jepang mengusung konsep Society 5.0 yang bertujuan untuk mengintegrasikan teknologi-teknologi canggih ini ke dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Society 5.0 tidak hanya berfokus pada kemajuan teknologi, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup manusia secara keseluruhan. Konsep ini menekankan pentingnya mengembangkan solusi yang human-centric, di mana teknologi digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia dengan cara yang berkelanjutan dan inklusif.

Dalam Society 5.0, teknologi digunakan untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, di mana setiap individu, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau kemampuan, dapat berpartisipasi penuh dan menikmati manfaat dari kemajuan teknologi. Ini termasuk penggunaan teknologi untuk mendukung lansia dan orang dengan disabilitas, serta mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi. Society 5.0 juga menekankan pentingnya keberlanjutan lingkungan, dengan mendorong penggunaan energi terbarukan, mengurangi emisi karbon, dan mengelola sumber daya alam secara lebih efisien.

Jepang telah mengambil langkah-langkah konkret untuk mewujudkan Society 5.0, termasuk melalui pengembangan kebijakan yang mendukung inovasi teknologi, investasi dalam penelitian dan pengembangan, serta kolaborasi antara sektor publik dan swasta. Pemerintah Jepang juga mendorong pendidikan dan pelatihan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan memanfaatkan peluang baru yang ditawarkan oleh Teknologi 5.0.

Dengan Society 5.0, Jepang berusaha menciptakan masa depan di mana teknologi dan manusia hidup dalam harmoni, saling mendukung untuk mencapai kesejahteraan dan kemajuan yang berkelanjutan. Konsep ini tidak hanya relevan untuk Jepang, tetapi juga dapat menjadi model bagi negara-negara lain dalam menghadapi tantangan dan peluang yang dihadirkan oleh era Teknologi 5.0.

Indonesia, dengan kekayaan budaya leluhur Nusantara, memiliki peluang besar untuk menghadirkan sebuah “vaksin” yang mampu menghadapi dampak negatif dari Teknologi 5.0, yang disebut sebagai The Holistic Advance Society. Vaksin ini diwujudkan dalam bentuk Spiritualitas 5.0, atau Digi-Spirituality, yang merupakan aktualisasi spiritualitas tradisi Nusantara, khususnya dari peradaban Majapahit. Konsep ini dikembangkan oleh NIoD-Indonesia sebagai respons terhadap tantangan dan dampak negatif dari perkembangan teknologi 5.0. Digi-Spirituality bertujuan untuk mengimbangi perkembangan teknologi dengan memelihara nilai-nilai spiritualitas yang mendalam, menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kesejahteraan manusia secara holistik.

Di tengah arus kemajuan teknologi yang semakin cepat, manusia modern dihadapkan pada tantangan baru yang kompleks: bagaimana menjaga keseimbangan antara kemajuan material dengan kebutuhan spiritual? Pertanyaan ini semakin mendesak ketika kita memasuki era Teknologi 5.0, yang dikenal sebagai The Holistic Advance Society. Era ini menjanjikan integrasi yang lebih dalam antara teknologi canggih, kecerdasan buatan, dan kehidupan sehari-hari manusia, namun juga membawa risiko besar terhadap kesejahteraan spiritual individu.

Indonesia, sebagai negara yang kaya akan warisan budaya leluhur Nusantara, menghadirkan sebuah inisiatif yang menggugah pikiran: Spiritualitas 5.0 atau yang sering disebut sebagai Digi-Spirituality. Konsep ini tidak hanya mencari cara untuk menanggapi dampak negatif dari Teknologi 5.0, tetapi juga mengajukan solusi yang proaktif dan holistik: sebuah “vaksin” spiritual untuk menjaga kestabilan mental, emosional, dan spiritual dalam menghadapi revolusi teknologi yang tak terelakkan.

Spiritualitas 5.0 tidak sekadar mencoba bertahan di era teknologi yang semakin maju, tetapi menggali kembali nilai-nilai luhur dari peradaban Nusantara, terutama dari masa kejayaan Majapahit. Nilai-nilai ini mencakup kedalaman spiritual, kearifan lokal, dan harmoni dengan alam. Dengan memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai ini, Spiritualitas 5.0 memberikan fondasi yang kokoh bagi individu dan komunitas untuk menghadapi tantangan zaman yang modern ini.

Salah satu ciri utama dari Spiritualitas 5.0 adalah integrasi teknologi dalam praktik spiritualitas. Sebagai contoh, aplikasi meditasi virtual reality (VR) dapat menciptakan pengalaman yang mendalam dalam meditasi, membantu individu mencapai keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi bukan lagi hanya alat untuk kemajuan material, tetapi menjadi sarana untuk pengembangan spiritual yang lebih dalam dan menyeluruh.

Dengan mengadopsi Spiritualitas 5.0, Indonesia tidak hanya siap menghadapi revolusi teknologi, tetapi juga menjadi pemimpin dalam mempromosikan kehidupan yang seimbang dan bermakna di era modern ini. Inisiatif ini bukanlah sekadar respons terhadap perubahan, tetapi sebuah upaya proaktif untuk menjaga martabat manusia dalam transformasi global yang sedang berlangsung. Dengan (vaksin) spiritualitas, kita memasuki peradaban dengan aman, menegaskan bahwa kemajuan sejati tidak hanya diukur dari tingkat teknologinya, tetapi juga dari kualitas hidup yang dimiliki oleh setiap individu dan masyarakatnya.

 

6. Menuju Peradaban 6.0: Teknologi, Spiritualitas, dan Harmoni Global

Masa depan yang kita tuju dengan Peradaban 6.0 adalah masa depan di mana teknologi dan spiritualitas berjalan beriringan, menciptakan harmoni global yang tidak hanya mengutamakan kemajuan teknologi tetapi juga kesejahteraan manusia secara holistik. Peradaban 6.0 tidak hanya berfokus pada inovasi teknologi tetapi juga pada bagaimana teknologi tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki kehidupan manusia di semua aspek.

Teknologi AI dalam Kehidupan Sehari-hari : Teknologi kecerdasan buatan (AI) memainkan peran penting dalam Peradaban 6.0. AI bukan hanya tentang otomatisasi dan efisiensi, tetapi juga tentang bagaimana teknologi ini dapat membantu manusia mencapai potensi maksimal mereka. Dalam konteks ini, AI dapat digunakan untuk mempersonalisasi pendidikan, meningkatkan perawatan kesehatan, dan menciptakan solusi inovatif untuk masalah lingkungan.

Integrasi Teknologi dengan Spiritualitas : Dengan adanya teknologi seperti VR dan AI, praktik spiritualitas dapat mengalami transformasi yang signifikan. Contohnya, sesi meditasi yang dipandu oleh AI dapat membantu individu mencapai kedalaman spiritual yang lebih besar, sementara VR dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk refleksi dan introspeksi diri. Teknologi ini bukan hanya alat, tetapi juga medium yang memperkaya pengalaman spiritual manusia.

Konsep “Manu-Siber” (Cyborg) dan Etika Teknologi : Dalam Peradaban 6.0, konsep Manu-Siber atau manusia-siber menjadi semakin relevan. Teknologi implant dan augmentasi tubuh memungkinkan manusia untuk memperluas kapasitas fisik dan mental mereka. Namun, dengan kemajuan ini, muncul juga pertanyaan etis tentang identitas manusia, privasi, dan keseimbangan antara teknologi dan kemanusiaan. Peradaban 6.0 harus menghadapi tantangan ini dengan bijaksana, memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak mengorbankan nilai-nilai etika dan martabat manusia.

Membangun Jaringan Satelit untuk Konektivitas Global : Teknologi satelit, terutama jaringan satelit orbit rendah, akan memainkan peran kunci dalam menciptakan konektivitas global yang lebih luas dan merata. Dengan adanya teknologi ini, akses terhadap informasi, pendidikan, dan layanan kesehatan dapat ditingkatkan di daerah-daerah terpencil, mengurangi kesenjangan digital dan sosial di seluruh dunia.

Harmoni Global melalui Kerjasama Internasional : Peradaban 6.0 juga menekankan pentingnya kerjasama internasional untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan harmonis. Negara-negara harus bekerja sama dalam penelitian dan pengembangan teknologi, serta dalam mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim dan ketidaksetaraan sosial. Melalui kolaborasi global, kita dapat menciptakan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk masalah-masalah yang dihadapi umat manusia.

 7. Trilogi 5.0 : Visi NIoD-Indonesia untuk Masa Depan

Dengan mengusung konsep Spiritualitas 5.0, NIoD-Indonesia tidak hanya berupaya mengatasi tantangan yang dihadirkan oleh Teknologi 5.0, tetapi juga membuka jalan menuju Peradaban 6.0 yang lebih harmonis dan berkelanjutan. Melalui integrasi teknologi canggih dengan nilai-nilai spiritual yang mendalam, Indonesia dapat menjadi pelopor dalam menciptakan dunia di mana kemajuan teknologi dan kesejahteraan manusia berjalan seiring.

Visi ini menekankan bahwa kemajuan sejati tidak hanya diukur dari inovasi teknologi, tetapi juga dari bagaimana teknologi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh. Dengan Spiritualitas 5.0 sebagai fondasi, kita dapat memastikan bahwa setiap langkah maju dalam teknologi juga merupakan langkah maju dalam kesejahteraan spiritual, mental, dan emosional manusia.

NIoD-Indonesia, melalui konsep DIRIPEDIA, berupaya mengembangkan dan mengintegrasikan Teknologi 5.0, Konsep Society 5.0 (inisiatif Jepang), dan Spiritualitas 5.0 atau Digi-Spirituality (inisiatif NIoD-Indonesia) dalam satu kesatuan konsep yang disebut “Trilogi 5.0”. Konsep ini terbuka untuk kerjasama internasional, dengan tujuan untuk menciptakan sebuah masyarakat yang seimbang antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai spiritualitas yang mendalam. Dengan ini, NIoD-Indonesia berharap dapat berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih harmonis, di mana teknologi dan spiritualitas dapat berjalan beriringan untuk kesejahteraan manusia.

Melalui kolaborasi internasional dan komitmen terhadap nilai-nilai luhur, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi semua, di mana teknologi dan spiritualitas tidak hanya saling melengkapi tetapi juga saling memperkaya. Dengan demikian, kita memasuki era Peradaban 6.0 dengan keyakinan dan kesiapan untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada, memastikan bahwa setiap inovasi teknologi membawa kita lebih dekat pada harmoni global dan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Jakarta, 17 Juli 2024.


https://diripedia.org

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*